JAKARTA, KOMPAS.TV – Fenomena astronomi ekuiluks akan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Ada tiga ibu kota provinsi di belahan utara Indonesia dan 36 wilayah lainnya akan mengalami fenomena ini.
Melansir dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional BRIN, ekuiluks adalah fenomena astronomis ketika panjang siang tepat sama dengan panjang malam, yakni 12 jam. Tanggal terjadinya ekuiluks bergantung dengan lintang geografis pengamat.
Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa Lapan BRIN Andi Pangerang menyampaikan, ekuiluks dapat terjadi beberapa hari, beberapa pekan, bahkan beberapa bulan sebelum atau setelah ekuinoks.
Dijelaskan lebih jauh, ekuiluks dapat terjadi ketika solstis, dengan nilai deklinasi matahari = kemiringan sumbu Bumi (=23°26′).
Dikarenakan deklinasi matahari tidak mungkin melebihi kemiringan sumbu bumi, maka kita dapat menentukan koordinat mana sajakah yang tidak memungkinkan terjadi ekuiluks.
Sementara, ekuinoks adalah fenomena astronomis ketika lintasan semu harian matahari berimpit dengan garis katulistiwa.
“Ekuiluks ini hanya fenomena astronomi biasa, tidak berdampak apa pun ke kehidupan manusia,” jelas Andi, dikutip dari situs edukasi.sains.lapan.go.id pada Jumat (23/9/2021).
Baca Juga: Fenomena Salju di Arab Saudi, Mungkinkah Salju Turun di Lembah Gurun?
Meskipun demikian, langit akan mulai tampak terang ketika terjadi aram beberapa menit sebelum matahari terbit (sebagai fajar) maupun beberapa menit setelah matahari terbenam (sebagai senja).
Aram terjadi dikarenakan oleh pembiasan sinar matahari oleh atmosfer bumi, sehingga saat matahari terbenam, langit tidak seketika gelap dan menjelang matahari terbit, langit tidak seketika terang.
Ada tiga ibu kota provinsi yang akan mengalami ekuiluks, yakni:
Selain tiga kota tersebut, ada 36 kota lainnya di lima provinsi berbeda yang juga akan mengalami ekuiluks sejak 20 Januari hingga 26 Februari mendatang, yakni:
Sebagaimana dengan ekuinoks, ekuiluks dapat terjadi dua kali setahun. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 15 Oktober (Sabang) hingga 18 November (Subulussalam) mendatang.
Dengan kata lain, ekuiluks dapat terjadi ketika ekuinoks jika bumi (ataupun planet lainnya) tidak memiliki atmosfer, sehingga tidak membuat ufuk tampak lebih rendah dari ufuk sejati karena pembiasan atmosfer.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.