BERLIN, KOMPAS.TV — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Minggu (16/1/2022), mengatakan program yang didukung PBB untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 ke banyak negara miskin telah berhasil mengirimkan 1 miliar dosis vaksin untuk memerangi virus corona.
Tetapi tonggak sejarah itu "hanyalah pengingat akan pekerjaan yang tersisa" setelah ulah negara-negara kaya yang menimbun vaksin Covid-19, seperti dilansir Associated Press, Minggu.
Pengiriman 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 ke Rwanda pada Sabtu (15/1) termasuk dosis ke satu miliar yang dipasok melalui program COVAX, kata WHO.
WHO sejak lama mengkritik distribusi vaksin yang tidak merata dan menyerukan produsen dan negara-negara lain untuk memprioritaskan COVAX.
Dikatakan WHO, per Kamis (13/1/2022), 36 dari 194 negara anggotanya baru memvaksinasi kurang dari 10 persen populasi mereka dan 88 negara baru memvaksinasi kurang dari 40 persen populasi.
Program PBB tersebut sejauh ini telah melakukan pengiriman vaksin Covid-19 ke 144 negara, "tetapi pekerjaan yang telah mencapai tonggak sejarah ini hanyalah pengingat dari pekerjaan yang tersisa," kata WHO dalam sebuah pernyataan.
“Ambisi COVAX dikompromikan dengan penimbunan di negara-negara kaya, wabah bencana yang menyebabkan perbatasan negara dan pasokan terkunci,” tambahnya.
“Dan kurangnya pembagian lisensi, teknologi, dan pengetahuan oleh perusahaan farmasi berarti kapasitas produksi tidak digunakan.”
Pada akhir Desember, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak semua orang membuat “resolusi tahun baru” untuk mendukung kampanye yang menargetkan vaksinasi Covid-19 bagi 70 persen populasi dunia pada awal Juli nanti.
Baca Juga: Indonesia Dapat 3,5 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca dan Pfizer lewat Jalur Covax
Dalam sebuah wawancara surat kabar yang diterbitkan Minggu, Menteri Pembangunan Internasional Jerman mengatakan ingin menggunakan kepresidenan negaranya di negara-negara industri Kelompok Tujuh untuk memastikan bahwa COVAX mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan pada tahun 2022.
“Sayangnya, masih terlalu sedikit negara yang berpartisipasi dalam pendanaan kampanye vaksinasi global,” kata Svenja Schulze kepada grup surat kabar Funke.
“Bersama Swedia, Norwegia, Kanada, dan Amerika Serikat, kami adalah yang paling banyak memberi. Negara-negara industri lainnya memiliki landasan yang signifikan untuk mengejar ketertinggalan.”
Jerman mengatakan telah menyumbangkan 103 juta dosis ke negara-negara miskin tahun lalu dan berencana untuk menyumbangkan 75 juta lagi pada 2022.
Schulze mengisyaratkan dia ingin memperluas bantuan bagi negara-negara berkembang untuk memproduksi vaksin sendiri, dengan kemitraan antara perusahaan untuk memproduksi vaksin di bawah lisensi sebagai tujuan yang disukai.
Ketika ditanya apakah masuk akal untuk mengabaikan paten vaksin Covid-19, yang ditentang oleh pemerintah Jerman sebelumnya, dia menjawab, "Saya ragu negara berkembang akan mendapatkan vaksin lebih mudah jika kita melepaskan paten."
Persoalan paten hanya sebagian kecil dari proses produksi, bantahnya.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.