PARIS, KOMPAS.TV – Kurang dari dua minggu setelah masa sekolah di musim dingin dimulai, para guru di Prancis sudah kelelahan dan kewalahan oleh tekanan akibat melonjaknya kasus Covid-19.
Pada Kamis (13/1/2022), para guru Prancis turun ke jalan dan melakukan aksi mogok nasional untuk memprotes gangguan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) dan aturan isolasi yang terus berubah.
“Bulan Januari itu berat (bagi sekolah-sekolah),” ujar Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer di televisi France2, seperti dikutip dari Associated Press, Kamis (13/1/2022).
Baca Juga: Gelombang Covid-19 di Prancis akan Capai Puncak dalam 10 Hari
Beberapa hari belakangan, Kementerian Pendidikan menghitung 50.000 kasus Covid-19 baru di antara murid.
Jumlah kelas yang ditutup akibat lonjakan kasus Covid-19 pun terbilang tinggi sekitar 10.553.
Jumlah ini diperkirakan akan memburuk dalam beberapa pekan mendatang.
Dengan jumlah kasus baru mencapai 360.000 sehari yang dipicu varian Omicron, Prancis kini berada di pusat wabah Covid-19 Eropa.
Para guru kesal dan ingin klarifikasi atas aturan-aturan dan lebih banyak perlindungan, seperti masker ekstra dan tes untuk meredam penularan kasus Covid-19.
Baca Juga: Macron Ancam Anti-Vaksin Covid-19 Prancis, Akan Membuat Hidup Mereka Sulit
Serikat guru Prancis, SNUIPP menyatakan ketidakpuasan terus berkembang di kalangan guru Prancis.
Sejak 6 Januari, otoritas telah memberlakukan dua perubahan atas aturan pengetesan Covid-19 pada anak-anak sekolah, yang membuat banyak pihak kecewa.
SNUIPP memperkirakan sekitar 75 persen guru akan mogok dan separuh sekolah di seantero Prancis ditutup.
“Situasinya sejak awal tahun ajaran Januari telah menciptakan kekacauan yang tak terlukiskan, juga perasaan diabaikan dan kemarahan di kalangan staf sekolah,” tutur salah seorang serikat guru SNUIPP.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.