JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa rekor sebanyak 9,5 juta kasus COVID-19 yang dihitung selama seminggu terakhir, meningkat 71 persen dari periode 7 hari sebelumnya.
WHO menyebut kondisi ini sebagai ‘tsunami’. Namun demikian, kematian yang tercatat dalam seminggu terakhir menurun.
"Pekan lalu, jumlah kasus COVID-19 tertinggi dilaporkan dalam pandemi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (6/1/2022).
Dia mengatakan, WHO yakin bahwa itu adalah perkiraan yang terlalu rendah karena adanya penundaan dalam pengujian dalam liburan akhir tahun.
Dalam laporan mingguannya tentang pandemi, badan tersebut mengatakan jumlah mingguan berjumlah 9.520.488 kasus baru - dengan 41.178 kematian tercatat minggu lalu dibandingkan dengan 44.680 pada minggu sebelumnya.
Baca Juga: Dirjen WHO: Omicron Tidak Hasilkan Penyakit Parah, namun Tetap Tidak Masuk Kategori Ringan
Pejabat WHO telah lama menyebutkan adanya perbedaan antara jumlah kasus dan kematian, karena penghitungan jumlah kematian tertinggal sekitar dua minggu dari penghitungan jumlah kasus.
Tetapi mereka juga mencatat bahwa terjadinya kematian yang rendah karena beberapa alasan, salah satunya adalah karena meningkatnya angka vaksinasi.
Selain itu, juga diketahui bahwa Omicron cenderung menyerang hidung dan tenggorokan, bukan menyerang paru-paru seperti yang terjadi pada varian Delta.
Meskipun Omicron menimbulkan penyakit yang tidak terlalu parah jika dibandingkan varian Delta, namun bukan berarti Omicron dapat dikategorikan sebagai varian yang menimbulkan gejala ringan.
“Sama seperti varian sebelumnya, Omicron dapat membuat orang harus mendapatkan rawat inap dan dapat membunuh,” ujar Tedros.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.