KOMPAS.TV - Saat ini posisi Indonesia lebih beruntung dibanding negara-negara lain yang lebih dulu menyaksikan lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron.
Justru mumpung kita belum menghadapi lonjakan tajam, negara ini punya waktu untuk mempersiapkan menghadapi kondisi terburuk, bahkan memberlakukan aturan untuk mencegah penyebarannya.
Meski selama ini data menunjukkan gejala Omicron tidak lebih parah dari Delta, tidak ada alasan untuk menyepelekan virus ini.
Penularannya diperkirakan 2-3 kali lipat lebih cepat dibanding varian Delta, jumlah kasus bisa berganda tiap 2-4 hari dan ini sudah tampak pada jumlah kasus Omicron yang terkonfirmasi di Indonesia.
Jika dibandingkan dari tiap kasus, Omicron memang menunjukkan kemungkinan gejala lebih ringan dan kematian lebih rendah dibanding Delta, terutama terhadap mereka yang sudah divaksinasi 2 dosis.
Baca Juga: Omicron Terdeteksi di Jawa Timur, Khofifah: Waspada Penting Tapi Jangan Panik
Namun, tingginya penularan potensial memunculkan beban kasus di rumah sakit atau fasilitas kesehatan saat jumlah infeksi tidak terkendali.
Inilah yang harus jadi kewaspadaan semua pihak, karena beban kasus ini bisa memunculkan risiko orang yang seharusnya selamat dengan perawatan memadai, bisa menimbulkan risiko kematian jika fasilitas kesehatan kewalahan.
Selain itu harus juga kita ingat, bahwa vaksinasi dosis lengkap alias 2 kali suntikan secara nasional di Indonesia, baru sekitar 54% artinya separuh penduduk Indonesia sebenarnya belum secara maksimal terlindungi dari Covid-19, khususnya varian Omicron.
Bisa jadi kota-kota besar yang laju vaksinasinya tinggi seperti Jakarta, tidak bakal menyaksikan fatalitas tinggi, tetapi bagaimana dengan wilayah lain yang laju vaksinasinya belum memadai?.
Baca Juga: Kemenkes Ungkap Alasan Mengapa Mereka yang Liburan ke Turki Banyak yang Terinfeksi Omicron
Justru risiko-risiko inilah yang jadi landasan, mengapa persiapan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan jadi sangat krusial di berbagai pelosok Indonesia.
Kewajiban pemerintah yakni 3T, alias testing-tracing-dan treatment, tidak bisa ditawar.
Tanpa upaya menggenjot tes massal di tengah gejala Omicron yang mirip flu biasa, masyarakat bisa jadi enggan mengeluarkan biaya sendiri untuk sekadar tes, memunculkan risiko penularan Covid-19 yang tidak terdeteksi.
Apalagi kita baru saja melihat mobilitas masyarakat secara besar-besaran selama libur natal dan tahun baru.
Pemerintah memang mengeluarkan imbauan untuk tidak bepergian saat musim liburan, tapi banyak warga mengabaikan.
Baca Juga: Bandara Halim Perdanakusuma Beroperasi Seperti Biasa, Sempat Sebelumnya Akan Tutup 1 Januari 2022!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.