JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia dilaporkan mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor batu bara selama satu bulan pada bulan Januari 2022. Pelarangan ekspor ini disebabkan rendahnya cadangan batu bara di berbagai pembangkit listrik domestik, hingga memicu kekhawatiran dapat menyebabkan pemadaman yang meluas.
"Kenapa semua orang dilarang mengekspor? Itu di luar kita dan sifatnya sementara. Kalau larangan itu tidak ditegakkan, hampir 20 pembangkit listrik dengan daya 10.850 megawatt akan padam," kata Ridwan Jamaludin, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara di kementerian energi, dalam sebuah pernyataan yang dilansir Straits Times, Sabtu (1/1/2022).
"Jika tindakan strategis tidak diambil, mungkin akan terjadi pemadaman listrik yang meluas."
Indonesia adalah pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, mengekspor sekitar 400 juta ton pada tahun 2020. Pelanggan terbesarnya adalah China, India, Jepang dan Korea Selatan.
Indonesia memiliki apa yang disebut kebijakan Kewajiban Pasar Domestik di mana penambang batu bara harus memasok 25 persen produksi tahunan ke Perusahaan Listrik Negara PLN, dengan harga maksimum US$70 per ton, jauh di bawah harga pasar saat ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengekspor sekitar 30 juta ton batu bara di bulan Januari setiap tahunnya.
Ridwan mengatakan, pasokan ke pembangkit listrik setiap bulan ada di bawah Domestic Market Obligation DMO sehingga pada akhir tahun 2021 "ada defisit stok batu bara". Ia menambahkan, larangan ekspor itu akan dievaluasi setelah 5 Januari.
Baca Juga: Kenapa Dunia Sulit Lepas dari Batu Bara, dan Apa yang Disepakati di KTT Iklim PBB COP26 Tentang Itu?
Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma, seorang analis industri di Bank Mandiri, mengatakan, larangan tersebut akan mendorong harga batu bara global lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang karena stok menurun. Pelanggan Indonesia, imbuhnya, dapat beralih ke Rusia, Australia, atau Mongolia.
“Di tengah ketidakpastian global ini, pasar seringkali mencari mitra teraman,” katanya.
Impor batu bara China mencapai level tertingginya pada tahun 2021 pada bulan November, ketika konsumen bahan bakar kotor terbesar di dunia mengamankan suplai untuk musim dingin. Tetapi, Beijing juga memerintahkan para penambang meningkatkan produksi mereka.
Putera Satria Sambijantoro, seorang ekonom di broker Bahana Sekuritas, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin menghasilkan perkiraan konsumsi listrik dan batu bara yang lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya.
PLN tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Bulan Agustus 2021, Indonesia menangguhkan ekspor batu bara dari 34 perusahaan pertambangan batu bara yang disebut gagal memenuhi kewajiban pasar domestik antara Januari dan Juli tahun lalu.
Indonesia termasuk di antara 10 besar penghasil gas rumah kaca global, dan batu bara dilaporkan menyuplai sekitar 60 persen dari sumber energi pembangkit listrik Indonesia.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.