MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan NATO terkait pendekatan agresif mereka atas masalah Ukraina dan ancaman pemberian sanksi.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menegaskan, hal itu akan membuat Moskow menghancurkan ancaman yang tak dapat diterima demi keamanan negara.
Pernyataan Lavrov itu dikatakan setelah pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden gagal mengurangi ketegangan krisis ini.
Sebelumnya, Putin dan Biden telah berbicara di telepon selama 50 menit, Kamis (30/12/2021), di mana keduanya saling mengancam terkait permasalahan di Ukraina.
Baca Juga: Pengamat: Rusia dan AS Selangkah Lagi di Ambang Perang
Pada pembicaraan tersebut, Biden mengatakan kepada Putin, AS akan memberikan sanksi ke Moskow di militer Rusia melakukan serangan ke pasukan Ukraina.
Penasihat Kepresidenan, Yuri Ushakov, mengungkapkan, Putin meresponsnya dengan mengatakan sanksi baru akan menghancurkan hubungan kedua pihak.
Lavrov dalam sebuah wawancara dengan kantor berita RIA Novosti seperti dikutip dari The Guardian, mengatakan, Rusia bersikeras agar pejabat militer AS dan NATO mengambil bagian dalam negosiasi, 10 Januari nanti.
Ia juga mengatakan, pihaknya tidak akan membiarkan pembicaraan diseret oleh negara-negara barat.
“Jika tidak ada tanggapan konstruktif dalam waktu yang wajar dan barat melanjutkan garis agresivitasnya, maka Rusia akan dipaksa mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan keseimbangan strategis,” katanya.
“Selain itu, Rusia juga akan menghancurkan ancaman yang tak dapat diterima terhadap keamanan kami,” tambah Lavrov.
Rusia sendiri sebelumnya dilaporkan telah menumpuk jumlah pasukannya mencapai ratusan ribu di perbatasan Ukraina.
Baca Juga: Lockdown Covid-19, Warga China di Xi’an Memohon Makanan karena Belum Terima Bantuan
Analisis yang dilakukan oleh Tim Konflik Intelijen, sekumpulan bloggers dan analis yang mengumpulkan intelijen sumber terbuka tentang gerakan militer Rusia, menunjukkan Rusia terus mengirimkan sejumlah peralatan militernya pada beberapa bulann terakhir.
Peralatan militer tersebut dikabarkan telah tiba di wilayah timur laut Ukraina dan ke Crimea.
Rusia sendiri menegaskan bahwa penumpukan pasukan itu bukan untuk menyerang Ukraina.
Mereka juga menegaskan memiliki hak untuk memobilisasi militer di wilayahnya sendiri.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.