YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Jagad Twitter sempat diramaikan dengan trending topik sebuah tagar YogyaTidakAman pada Selasa (28/12/2021).
Hal itu terjadi usai seorang warganet di Yogyakarta mengunggah kisahnya menjadi korban kejahatan jalanan atau umum dikenal dengan sebutan "klitih" di Twitter.
Selain YogyaTidakAman, tagar lainnya yang juga trending di Twitter adalah SriSultanYogyaDaruratKlithih.
Belakangan, makna diksi "klitih" ternyata awalnya tidak berkaitan dengan kejahatan jalanan yang jamak terjadi di Yogyakarta belakangan ini.
Baca Juga: Cerita Warga Yogyakarta Dikejar Klitih Usai Nonton Konser, Akhirnya Selamat Setelah Mampir ke Warung
Dosen Sastra Jawa Fakulta Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), Djarot Heru Santosa menyebut, kata "klithih" dalam kosa kata Bahasa Jawa, secara umum bisa diartikan sebagai sebuah aktivitas seseorang atau sekelompok orang keluar rumah.
"Karena penat atau jenuh, lalu jalan keluar tanpa tujuan sekedar hirup udara segar," kata Djarot kepada KOMPAS.TV, Jumat (31/12/2021).
Biasanya, kegiatan 'klitih' dalam hal mencari udara segar itu dilakukan pada waktu malam hari. "Bisa diterjemahkan larut malam," tambahnya.
Djarot menunjukkan bahwa arti kata "klitih" itu bisa ditemukan dalam Kamus Baoesastra Djawa karya Poerwadarminta tahun 1939.
"Uniknya di situ, istilah yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan 'keluyuran' malam hari ini sekarang jadi beda pemahaman ke arah negatif yaitu keluyuran untuk sebuah kejahatan berkelompok namun tanpa tujuan yang jelas," kata dia.
Adapun keluyuran dalam arti "klithih" masa dulu, kata Djarot, yang tujuannya untuk nongkrong, jajan di warung, atau sekedar lihat-lihat suasana malam saja.
"Jika ada 'sesuatu' yang menarik dia mampir dan lihat-lihat saja. Dalam arti kegiatan positif," tambah Djarot.
Baca Juga: Antisipasi Klitih, Pemkot Yogyakarta Pastikan CCTV dan Lampu Jalan Umum Menyala secara Keseluruhan
Satu keunikan lain, ungkap Djarot, adalah istilah "klithih" lebih populer dalam bahasa Jawa khususnya ragam Yogyakartan.
Lalu, mengapa kemudian kata "klithih" bergeser makna pada kegiatan yang negatif?
Djarot mengira karena istilah tersebut akhir-akhir ini digunakan untuk menyebut aktivitas keluyuran yang dilakukan kaum remaja yang masih berumur belasan tahun.
"Sebabnya, ketika keluyuran itu dilakukan oleh para remaja yang sedang senang-senangnya masa menarik perhatian orang lain, dilakukan dengan cara-cara negatif, seperti membacok atau mencelakai orang tanpa sebab."
"Jadi bergeser makna keluyuran itu," tutup Djarot.
Baca Juga: Sultan HB X : Tim Khusus Penanganan Klitih, Butuh Biaya
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.