JAKARTA, KOMPAS.TV - Gempa dengan magnitudo 7,3 pada jarak 132 km arah Timur Kota Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, membuktikan sumber gempa di kedalaman Laut Banda masih sangat aktif.
Gempa dengan kedalaman hiposenter 183 km itu merupakan jenis gempa menengah (intermediate depth earthquake) akibat adanya deformasi batuan dalam lempeng tektonik yang tersubduksi, sehingga gempa ini disebut sebagai “intraplate earthquake”.
Sebelumnya diberitakan KOMPAS TV, gempa yang terjadi di Maluku pada Kamis dini hari bermagnitudo 7,4. Namun, keterangan tersebut diperbarui, gempa di Maluku terjadi dengan magnitudo 7,3.
Demikian Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono seperti dikutip dari Antara, Kamis (30/12/2021).
“Gempa magnitudo 7,3 ini merupakan bukti bahwa sumber gempa di kedalaman menengah di Laut Banda masih sangat aktif dan dapat memicu terjadinya gempa kuat,” kata Daryono.
Daryono menuturkan, gempa yang terjadi dinihari itu memiliki mekanisme sumber dengan pergerakan naik (thrust fault), akibat adanya tekanan yang kuat dalam lempeng tektonik yang tersubduksi tersebut.
Baca Juga: Maluku Diguncang Gempa Magnitudo 7,4, Warga Berhamburan, Getaran Terasa di Papua hingga NTB
Namun, berdasarkan hasil monitoring muka laut dengan alat Tide Gauge yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), gempa di Maluku tidak menunjukkan adanya kenaikan muka air laut di sekitar pusat gempa.
Dengan begitu, lanjut Daryono, gempa bermagnitudo 7,3 di Maluku tidak berpotensi tsunami.
“Gempa ini tidak berpotensi tsunami disebabkan karena hiposenternya yang relatif dalam yaitu berada di kedalaman menengah (183 km) sehingga deformasi batuan yang terjadi tidak sampai menganggu kolom air laut,” jelas Daryono.
Kendati demikian, gempa ini dirasakan kuat di Tiakur dalam skala intensitas V-VI MMI, Tepa IV-V, Saumlaki IV MM), Tual, Kupang, Alor, Rote, Malaka, Atambua, Sumba III-IV MMI.
Guncangan terjauh dari gempa dirasakan hingga di Kota Sorong, Papua Barat.
“Gempa dalam lempeng (intraplate earthquake) ini memiliki karakteristik memancarkan guncangan (ground motion) yang lebih kuat, sehingga wajar jika gempa ini dirasakan hingga jauh seperti di Kota Sorong di Papua Barat,” ujarnya.
Baca Juga: Warga Terdampak Gempa Bumi di Selayar Mulai Tinggalkan Pengungsian
Sebagai informasi, Daryono mengungkapkan, lokasi sumber gempa tersebut secara seismisitas memang berada di kawasan tektonik kompleks dan seismik aktif yang merupakan zona transisi kerak benua Eurasia-kerak benua Australia.
Sejarah mencatat, tsunami pernah terjadi dekat pusat gempa di Laut Banda tersebut yaitu pada tahun 1673, 1710, dan 1763.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.