JAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan berdasarkan rekapitulasi Satgas Penanggulangan Foreign Terrorist Fighters (FTF), ada 2.127 Warga Negara Indonesia (WNI) yang terlibat konflik di Suriah dan Irak.
Dari angka 2.127 WNI yang berada di Suriah dan Irak, sebanyak 2.014 di antaranya membawa istri dan anak.
Keterangan itu disampaikan oleh Kepala BNPT Boy Rafli Amar sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Rabu (29/12/2021).
“Ini adalah korban radikalisasi global, karena pada akhirnya kok bisa menentukan pilihan untuk berangkat dengan membawa keluarga,” ujar Boy.
Selain di Suriah dan Irak, Boy menyampaikan ada juga 35 WNI yang terlibat konflik di Filipina dan 23 orang di Afghanistan.
Baca Juga: Petugas SPBU Dibunuh gara-gara Masker, Politisi Jerman Sorot Radikalisasi Penganut Konspirasi Covid
Untuk total WNI tersebut, Boy mengungkapkan sebanyak 529 profil telah divalidasi dan 13 orang telah dilakukan penjemputan lantaran sudah dideportasi dari berbagai negara.
Dalam proses validasi, Boy menuturkan Satgas Penanggulangan FTF bekerja sama dengan Dirjen Imigrasi, Dirjen Bea Cukai, dan Densus 88 Antiteror Polri terhadap WNI yang berada di zona konflik Suriah.
“Satgas Penanggulangan FTF telah menjemput 13 profil WNI yang dideportasi dari berbagai negara. Sebanyak tiga profil telah dilakukan pemulangan ke daerah asal, sementara 10 profil lainnya masih menjalani proses deradikalisasi di Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC) Bambu Apus,” kata pria yang juga Ketua Dewan Pembina PSS Sleman tersebut.
Di samping itu, Boy melaporkan, terdapat ratusan anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini berada di kamp-kamp pengungsian di wilayah Suriah dan Irak.
Baca Juga: Kalapas Gunung Sindur Bongkar Susahnya Deradikalisasi Napi Teroris: Awalnya Tidak Mau Hormat Bendera
Boy Rafli Amar merinci, setidaknya ada 82 anak berusia di bawah 10 tahun yang berada di kamp tersebut.
Sementara, mereka yang telah berusia di atas 10 tahun jumlahnya mencapai 300-an.
“Kalau untuk anak-anak yang usianya lebih dari 10 tahun ada 300-an anak, demikian juga dengan ibunya, saat ini WNI tersebut menempati kamp-kamp pengungsian," ungkap Boy.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.