Kompas TV regional wisata

Kritik Masa Karantina 10 Hari, Turis Gili Trawangan: Terlalu Lama dan Mahal, Lebih Baik ke Thailand

Kompas.tv - 19 Desember 2021, 06:10 WIB
kritik-masa-karantina-10-hari-turis-gili-trawangan-terlalu-lama-dan-mahal-lebih-baik-ke-thailand
Maike, salah seorang turis di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (18/12/2021), mengkritik masa karantina selama 10 hari. Menurutnya, kebijakan karantina itu terlalu lama dan menghabiskan banyak uang. (Sumber: Kompas.tv/Vyara)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Hariyanto Kurniawan

GILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Seorang turis di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, mengkritik lamanya masa karantina yang harus dijalani para pelaku perjalanan dari luar negeri. Ia menyebut, masa karantina selama 10 hari bagi mereka yang datang dari luar negeri itu terlalu lama dan mahal. 

“Karantina 10 hari itu terlalu lama. Dan mahal,” ujarnya saat ditemui Kompas.tv di Gili Trawangan, Sabtu (18/12/22021).

Maike menuturkan, keluarga kenalannya yang hendak ke Indonesia, terpaksa mengeluarkan dana sedikitnya Rp28 juta untuk membayar biaya karantina.

“Kemarin saya dengar dari keluarga teman saya, mereka kira masa karantinanya hanya 7 hari, tapi ternyata mereka (pemerintah, red) menaikkan (masa karantina) jadi 10 hari. Jadinya mereka harus membayar lebih dari Rp28 juta,” tuturnya seraya mengimbuhkan, “Itu kan jumlah yang banyak.”

Baca Juga: Pulau Party Gili Trawangan Kini Senyap bak Pulau Hantu (1)

Lamanya masa karantina dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, disebut Maike sebagai penyebab mengapa turis mancanegara enggan ke tanah air.

“Masa liburan tiga minggu, misalnya, tentu berat kalau harus menghabiskan 10 hari di karantina, bayar mahal pula. Mereka lebih baik pergi ke Thailand atau ke mana saja selain Indonesia. Buat mereka, ini buang-buang waktu dan uang. Ini masalahnya,” tekan Maike yang kerap berkunjung ke Lombok ini.

Diketahui, per 1 November lalu, Thailand dilaporkan tak mewajibkan karantina bagi pelaku perjalanan yang berasal dari negara-negara dengan risiko Covid-19 rendah. 

Aturan karantina yang berubah-ubah sesuai perkembangan situasi di lapangan juga disebutnya jadi masalah. 

“Bahkan jika Anda sedang dikarantina, tiba-tiba saja mereka (petugas) bilang bahwa Anda harus tinggal lebih lama. Ini kan gila,” ucap Maike yang tengah menonton kontes surfing lokal di Gili Trawangan pagi itu.

Baca Juga: Pelaku Pariwisata Gili Trawangan: Dulu Saya Pikir Pandemi Bakal Selesai 2 Minggu, Ternyata … (2)

Namun, ia tak menampik jika situasi Covid-19 di Eropa saat ini memang tengah memburuk.

“Saat ini, situasi di Eropa sangat buruk, (kasus Covid) meningkat lagi. Saya pikir musim panas nanti (situasinya) akan lebih baik, karena sekarang musim flu juga,” terangnya.

Maike sendiri merasa beruntung dapat kembali ke Indonesia saat pemerintah Indonesia belum menerapkan karantina selama 10 hari.

“Saya cuma (karantina) dua hari, saya amat beruntung. Saya tiba pada akhir Oktober, 28 Oktober. Waktu itu, tiba-tiba saja (aturan karantina) berkurang jadi dua hari. Saat selesai karantina, masa karantina naik jadi 5, 7, 10 hari,” tutur perempuan asal Jerman ini.

“Jadi saya sangat beruntung. Saya senang karena saya tak harus membayar sebanyak orang lainnya,” ucapnya seraya mengimbuhkan, “Semoga saja ke depan (persyaratannya) jadi lebih mudah, jadi orang-orang datang ke sini, dari Bali atau dari mana saja.”


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x