GILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Senyapnya Gili Trawangan akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, membuat para pekerja yang menggantungkan hidup dari dunia pariwisata, terdampak.
Kadek salah satunya. Karyawan restoran sebuah hotel di Gili Trawangan ini sempat dirumahkan selama beberapa bulan. Bulan ini, ia dipanggil untuk kembali bekerja.
Namun, jam kerja dan upah yang diterimanya, disebutnya tak sesuai, lantaran sepinya tamu hotel.
“Dulu, biasanya kita kerja shift-shift-an. Sekarang, saya kerja dari pagi sampai malam, tapi gajinya hanya setengah dari gaji di bulan normal,” ungkapnya.
Tapi, Kadek mengaku tak punya pilihan.
“Saya mau ngumpulin modal untuk jualan makanan di rumah,” ujar warga Lombok Utara ini.
Baca Juga: 64 Peselancar Gelar Paddle-Out Berikan Penghormatan pada Alm Wawan yang Tewas di Laut Gili Trawangan
Senada dengan Kadek, Ilhani juga tak punya pilihan. Mantan chef yang sebelumnya bekerja membuat sushi di restoran Irlandia di Gili Trawangan ini kini membantu istrinya berjualan gorengan di dekat pelabuhan.
“Kalau saya ndak jualan, ndak kita bisa bayar kos,” ujar pria dua anak yang tinggal di sebuah rumah kontrakan di kaki Bukit Gili Trawangan di bagian selatan ini.
Sejak pagi hingga sore, ia berjualan donat, pisang molen, bakwan dan onde-onde di kios kecil di gang dekat pelabuhan Gili Trawangan. Hasilnya, disebutnya tak menentu.
“Kalau dulu kan, apa saja yang kita buat, dibeli sama tamu (turis). Sekarang, ndak tentu,” ucapnya.
Para pemilik usaha pariwisata pun dituntut bersiasat demi bertahan hidup. Memangkas karyawan, menutup sebagian operasional usaha, atau bahkan beralih profesi, dilakoni.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.