JAKARTA, KOMPAS.TV – Menurut catatan sejarah, sejak tahun 1800-an, di busur Kepulauan Sunda Kecil yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur telah terjadi lebih dari 22 kali tsunami.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta menerangkan, NTT merupakan daerah rawan tsunami. Tercatat pada 29 Desember 1820, gempa kuat yang berpusat di Laut Flores memicu tsunami di Flores hingga Sulawesi Selatan.
“Di Bulukumba, korban meninggal akibat tsunami mencapai sekitar 500 orang," sebutnya, Selasa (14/12/2021), dilansir dari Antara.
Diketahui, tsunami destruktif terakhir yang dipicu gempa Magnitudo 7,8 di Laut Flores terjadi pada 12 Desember 1992. Ketika itu, gempa membangkitkan tsunami setinggi 30 meter. Peristiwa tersebut menyebabkan 2.500 orang meninggal dan 500 orang hilang.
Gempa kuat kembali terulang dan mengguncang Laut Flores pada Selasa (14/12) pukul 10.20 WIB dengan magnitudo 7,4, sehingga BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami.
Baca Juga: Waspada Gempa Susulan, BNPB Imbau Warga yang Rumahnya Rusak untuk Mengungsi
Pusat gempa terletak pada koordinat 7,59 Lintang Selatan - 122,24 Bujur Timur tepatnya di laut pada jarak 112 km arah barat-laut Kota Larantuka, NTT, dengan kedalaman 10 km.
Gempa tersebut menyebabkan kenaikan muka air laut dengan ketinggian 0,07 meter yang tercatat tide gauge Reo dan Marapokot. Peringatan dini tsunami diakhiri pada pukul 12.27 WIB.
Hingga pukul 19.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 97 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar mencapai 6,8, sedangkan magnitudo terkecil 2,9.
Gempa yang terjadi, lanjut Daryono, merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktifitas sesar aktif di Laut Flores, dengan mekanisme pergerakan geser/mendatar (strike slip).
Menurutnya, meski pusat gempa ini terletak dekat jalur sumber gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust), tetapi pembangkit gempa ini bukan Sesar Naik Flores. Sesar Naik Flores memiliki mekanisme naik, sedangkan gempa ini memiliki mekanisme geser/mendatar.
"Sumber gempa gempa Laut Flores ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi para ahli kebumian kita untuk mengidentifikasi dan memetakannya guna melengkapi peta sumber dan bahaya gempa di Indonesia," terangnya.
Baca Juga: Gempa Berkekuatan 7,4 Magnitudo Mengguncang Pulau Flores, Inilah Visual Asal Titik Lokasi Gempa NTT
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.