JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengingatkan awan panas guguran (APG) Gunung Semeru, Jawa Timur masih berpotensi terjadi.
Andiani mengungkapkan hal ini berdasarkan pemantauan terhadap aktivitas visual dan kegempaan Gunung Semeru yang saat ini berada dalam status level 2 atau waspada.
"Pasca kejadian awan panas yang terakhir yakni 7 Desember 2021, pemantauan visual dan kegempaan, awan panas guguran masih berpotensi terjadi seiring dengan kejadian guguran hingga pukul 12.00 tadi siang masih teramati," kata Andiani dalam konferensi pers virtual, Minggu (12/12/2021).
Meski demikian, dia menyebut intensitas dan jarak luncur diperkirakan relatif kecil dibandingkan APG pada 4 Desember kemarin.
Selain itu, menurut pemaparannya, berdasarkan pemantauan secara visual yang dilakukan pihaknya hingga hari ini, masih terlihat aktivitas hembusan asap putih tebal dari kawah Jonggring Saloko dengan tinggi 500-1.000 meter di atas puncak Gunung Semeru.
"Pada malam hari teramati api diam dan sinar api di kawah serta ujung lidah lava yang berjarak sekitar 1.400 meter dari kawah," jelasnya.
Api diam dan sinar api ini, lanjut dia, berasosiasi dengan material lava yang bersuhu tinggi teramati guguran lava mencapai jarak luncur 200 meter dari ujung lidah lava.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pemantauan kegempaan menunjukkan dominasi gempa-gempa permukaan yakni 14 kali gempa letusan, 13 kali kejadian gempa guguran, dan 11 kali kejadian gempa hembusan.
Baca Juga: Aliran Lahar Semeru Diperkirakan Masih Meluncur hingga 3 Bulan ke Depan, Warga Diimbau Waspada
Selain awan panas guguran, Andiani juga mengingatkan adanya potensi bahaya lain yang mengancam saat ini, yakni aliran lahar.
Dia menyebut, aliran lahar ini diproyeksikan bakal terjadi selama tiga bulan ke depan, mengingat adanya musim hujan di kawasan Gunung Semeru pada periode tersebut.
Andiani mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah puncak gunung dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor selatan tenggara.
"Mewaspadai potensi APG, lava dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru," ujarnya.
Terutama, kata dia, sepanjang aliran sungai Besuk Kobokan, Besuk Kembang dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada anak-anak sungai kecil yang bersumber pada Sungai Kobokan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Erupsi Gunung Semeru terjadi pada Sabtu pekan lalu (4/12/2021).
Berdasarkan data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per kemarin, Sabtu (11/12/2021), hingga pukul 18.00 WIB, jumlah korban meninggal dunia akibat erupsi ini mencapai 46 orang.
Sementara itu, sebanyak sembilan orang masih dinyatakan hilang, 18 orang mengalami luka berat, dan 11 orang luka ringan. Adapun jumlah warga yang mengungsi berjumlah 9.118 orang.
Baca Juga: Sosok Mbah Tumari dan Mak Yem, Penjaga Hutan Ranu Pane yang Legendaris di Pendakian Gunung Semeru
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.