JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan, ada doktrin yang ditanamkan oleh pelaku dalam kasus pemerkosaan 12 santriwati oleh seorang guru pesantren di Bandung, Jawa Barat.
Dedi dapat mengatakan demikian karena ia telah mendengar langsung cerita awal mula terungkapnya kasus tersebut dari santriwati yang merupakan sepupu salah satu korban.
Saat pertama kali masuk pesantren, santriwati itu mendapati ada yang aneh dengan sepupu dan rekan-rekannya. Hingga ia pun melaporkan hal tersebut ke ayahnya agar disampaikan ke orang tua sepupunya.
Kemudian, pada Mei 2021, korban pulang dan lantas diinterograsi oleh orang tuanya. Karena rasa takut, korban sempat mengelak, namun akhirnya berterus terang bahwa ia dihamili guru pesantrennya.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Siap Jadi Orang Tua Angkat Santriwati Korban Kekerasan Seksual Guru Pesantren
"Korban didoktrin untuk lebih takut pada guru daripada orang tuanya. Awalnya tidak mengaku, namun setelah didesak akhirnya mengaku," tutur Dedi, dikutip dari Kompas.com, Minggu (12/12/2021).
Selepas itu, orang tua korban langsung membuat laporan ke Polda Jawa Barat. Sejak itu, kasus pemerkosaan yang dilakukan guru pesantren tersebut pun terungkap.
"Saat membuat laporan itu, pelaku masih menelepon korban agar segera pulang (ke pesantrennya). Bahkan, pelaku mengirimkan mobil untuk menjemput korban," terang Dedi.
Tak berhenti di situ, berdasarkan cerita yang disampaikan oleh orang tua korban, Dedi juga mengungkapkan sejumlah kejanggalan mengenai pelaku dan pesantrennya.
Baca Juga: Kemenag Tutup 2 Pesantren yang Dipimpin Herry Wirawan, si Pemerkosa Belasan Santriwati di Bandung
Diketahui, pelaku ternyata sengaja menghamili para santriwatinya karena memiliki tujuan mendirikan panti asuhan yang nantinya akan dijadikan sebagai lahan untuk mendapatkan bantuan.
Jadi, anak-anak hasil perbuatan cabul pelaku terhadap para santriwatinya itu bakal ditampung di panti asuhan yang didirikannya.
"Kemudian panti asuhan itu nantinya dijadikan ladang oleh pelaku untuk mendapat bantuan keuangan," tutur Dedi.
Karena sedari awal sudah berniat melakukan kebejatan, maka pelaku mencari calon santriwatinya dari daerah pedalaman yang dianggapnya masih lugu.
"Pelaku mengiming-imingi (calon) korbannya untuk sekolah dan pesantren gratis," ucap Dedi.
Baca Juga: Terungkap, Santriwati Korban Perkosaan Guru Pesantren di Bandung Juga Dipaksa Jadi Kuli Bangunan
Dedi mengatakan, sistem pengajaran di pesantren tersebut pun terbilang janggal karena yang menjadi guru hanya si pelaku dan istrinya.
Selain itu, hal aneh soal sistem pengajaran di pesantren tersebut adalah santriwati diajarkan oleh pelaku, sementara santri laki-laki oleh istrinya.
"Kan biasanya di pesantren, santri perempuan (diajarkan) oleh istri gurunya. Tapi ini terbalik. Dari awal sudah janggal," ungkap Ketua Komisi IV DPR RI tersebut.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.