BEIJING, KOMPAS.TV - China membalas gertakan Amerika Serikat (AS) dengan menegaskan reunifikasi paksa dengan Taiwan bisa terjadi lebih cepat.
Hal tersebut diungkapkan oleh media negara Global Times, yang membalas pernyataan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan.
Sebelumnya, pada Selasa (7/12/2021), Sullivan mengatakan dari sudut pandang baik diplomasi maupun pencegahan, AS akan menanggapi semua aksi untuk memastikan reunifikasi China dengan Taiwan secara paksa tak terjadi.
Sullivan juga menegaskan, usaha AS selama delapan bulan terakhir di region Indo-Pasifik dilakukan untuk menghindari skenario di mana China memutuskan untuk menginvasi.
Baca Juga: Rusia Ancam AS jika Tolak Berikan Jaminan Tak akan Kerahkan Pasukan Bantu Ukraina
Membalas pernyataan Sullivan, Global Times mengungkapkan reunifikasi paksa akan terjadi jika Washington mendukung jalan otoritas Taiwan untuk memisahkan diri.
“Semakin AS dan Pemerintah Taiwan bekerja sama, semakin cepat reunifikasi secara paksa akan terjadi,” tulis mereka.
Menurut Global Times, cara agar pertikaian di Selat Taiwan tak terjadi, otoritas Taiwan harus mundur dengan langkah besar dan AS harus kembali ke jalan yang benar setelah tersesat.
Mereka menegaskan jika AS terus memanfaatkan Taiwan sebagai pion untuk mencemari China dan mengirimkan sinyal yang salah ke otoritas Taiwan, maka situasi akan terus memburuk.
“Menyelesaikan masalah Taiwan dengan paksa akan menjadi pilihan yang tak terelakkan dan satu-satunya bagi China daratan,” tambahnya.
China selama ini menganggap Taiwan sebagai bagian dari mereka dan menyebutnya sebagai provinsi yang melarikan diri.
Sedangkan Taiwan menegaskan bahwa mereka negara yang merdeka dan berdaulat setelah perang sipil pada 1949.
Baca Juga: China Makin Pusing, Sudah Olimpiade Diboikot, Kini Harus Carter Pesawat Datangkan Atlet
Selama beberapa bulan terakhir, China terus mengirimkan pesawat militer mendekati wilayah Taiwan sebagai bentuk provokasi.
AS sendiri meski tak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, condong memihak kepada negara di Kepulauan Formosa itu.
Bahkan sejumlah tentara AS dikabarkan berada di Taiwan untuk melatih pasukan militer negara tersebut.
Mereka juga melakukan penjualan senjata pertahanan kepada Taiwan.
Sumber : Global Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.