JAKARTA, KOMPAS TV - Anggota DPR RI Santoso mengajak pimpinan partai politik (parpol) untuk membuka ruang seluas-luasnya kepada masyarakat agar terlibat dalam Pilpres 2024 mendatang, guna menghapus politik identitas yang terus terjadi di masyarakat.
Menurut dia, politik identitas dapat dihilangkan bila rakyat diberikan kesempatan untuk memilih capres dan cawapres dengan pilihan yang beragam.
“Saya mengajak kepada pimpinan partai, di 2024 mendatang jangan tercipta lagi politik identitas, sehingga hal itu tetap bertahan. Jadi berikan kesempatan pada rakyat untuk memilih pemimpinnya yang pilihannya banyak, sehingga tidak terkebiri," kata Santoso seperti dikutip dari laman dpr.go.id, Selasa (7/12/2021).
Baca Juga: DPR Pastikan Pilpres Tetap Berlangsung di 2024
Politikus Partai Demokrat itu menilai, situasi yang mana kini agama Islam kerap diidentikkan dengan kelompok teroris akibat dipengaruhi adanya politik identitas yang terjadi sejak Pilpres 2014 lalu.
“Politik tersebut (politik identitas) begitu mengental pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu. Kenapa? Dengan dua kutub kekuatan, yang satu didukung oleh golongan apa dan di golongan satunya didukung golongan lainnya, sehingga pasca-Pilpres pun terjadi kekuatan tarik menarik dari kedua kutub itu,” ujarnya.
Tak hanya itu, kejadian yang terjadi saat ini merupakan dampak dari konflik Amerika Serikat dari Afganistan dan konflik dengan kehadiran Osama Bin Laden di Timur Tengah.
Dengan kejadian tersebut, di Indonesia sendiri berpengaruh pada pandangan masyarakat, sehingga timbul istilah terorisme.
“Namun (di Indonesia) diterima secara negatif oleh mereka yang melihat keberadaan islam di Indonesia. Untuk itulah dalam situasi ini, dengan mundurnya Amerika, tidak lagi fokus pada penanganan terorisme, tidak lagi fokus pada ajaran ajaran, apakah islam atau lainnya yang dianggap frontal atau brutal,” kata Santoso.
Baca Juga: PKB Sambut Baik Erick Thohir Gabung ke Banser, Siap-siap PIlpres 2024?
Ia berharap, pada masa Pilpres mendatang, akan ada banyak calon pemimpin dan wakil pemimpin yang banyak dan beragam, sehingga masyarakat memiliki berbagai pilihan yang lebih tepat yang kemudian politik identitas yang saling tarik menarik, bahkan saling berkonfrontasi dapat diminimalkan di masa mendatang.
“Saya harapkan mari kita sama sama berdoa, agar para ulama, para habaib tidak masuk di dalam konflik politik identitas itu. Meskipun kita memiliki hak politik siapa yang menjadi calon kita, baik legislatif maupun presiden. Kedewasaan inilah yang kita butuhkan,” katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.