JAKARTA, KOMPAS.TV – Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur tidak sama dengan erupsi yang terjadi di Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu, karena erupsi Gunung Semeru bukan berupa letusan yang menyembur.
Hal itu disampaikan oleh Ahli Mitigasi Bencana, Surono, dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (5/12/2021).
“Erupsi yang orang bayangkan seperti Merapi tahun 2010, material kubah dengan tekanan tinggi menjebol lubang kawah menjadi letusan dan menghasilkan awan panas letusan,” tegasnya.
Menurut Surono, di Gunung Semeru memang sering terjadi letusan, berupa gas, berupa uap, berupa abu vulkanik dan sebegainya.
Tetapi letusan itu hanya mengeluarkan lelehan lava yang membentuk gundukan atau biasa disebut kubah lava.
Baca Juga: Lagi, Satu Jenazah Korban Erupsi Gunung Semeru Ditemukan di Bekas Aliran Lava
Gundukan kubah lava ini semakin lama semakin besar volumenya, dan musim hujan ini bisa jadi membuat kubah lava ini yang sebagian membatu, namun sebagian lain masih cair.
“Nah, dia pecah menghasilkan gas yang ada di dalam gundukan itu, bercampur dengan debu halus, material kerikil, bahkan bongkah, membentuk kubah lava guguran.”
“Apakah ada erupsi susulan? Tinggal kubahnya masih ada enggak? Kalau kubahnya sudah tidak ada, ya tidak ada lagi awan panas guguran karena tidak ada lagi yang digugurkan,” lanjutnya.
Sebab, lanjut Surono, ini bukan letusan yang material keluar dari perut bumi, menyembur ke atas melalui kawah.
Yang harus diwaspadai oleh warga adalah jika awan panas guguran itu masuk ke Sungai Kobokan. Sebab itu bisa menyebabkan banjir lahar.
“Hati-hati saja masyarakat yang ada di bantaran. Tidak beraktivitaslah di sekitar sungai Kobokan itu.”
Hal paling lainnya yang harus diperhatikan adalah semua kegiatan yang berada di sekitar atau di jalan sungai yang berhulu di puncak Semeru agar meningkatkan kesiagaan.
Baca Juga: Dua Kecamatan Terdampak Erupsi Semeru, Gelap Total! Berikut Selengkapnya
“Utamanya kalau terjadi hujan di puncak semeru. Ini sangat berbahaya. Bukan hanya lahar hujan yang dingin, tetapi ini juga bisa menjadi lahar hujan yang panas,” tuturnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.