JAKARTA, KOMPAS.TV- Perhelatan besar Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) yang bakal berlangsung di Provinsi Lampung mendapat dukungan berbagai sarana dan akomodasi dari sejumlah pihak.
Warga Nahdlyin yang tergabung dalam koperasi bernama Induk Koperasi Tani NU (INKOPTANU) yang memiliki produk air mineral SHOFA menyumbang sejumlah 20.833 dus atau setara 500.000 botol air minum.
Dalam gelaran Muktamar yang digelar 23-15 Desember air minum itu untuk segala keperluan minum para peserta muktamar (muktamirin) yang datang dari pelbagai pelosok di tanah air.
“Kami bermaksud berkontribusi dalam penyediaan air minum dengan menjadi official product pada penyelenggaraan Muktamar NU,” ujar Kepala Sekretaris Manajemen INKOPTANU, Udin Wiratno, sebagaimana rilis yang diterima KOMPAS.TV Jumat (3/12/2021) pagi.
Baca Juga: Gus Muwafiq Minta Muktamar NU Diselenggarakan Juni 2022, Ini Alasannya
Udin menegaskan bahwa produk air minum yang disediakannya itu sepenuhnya gratis untuk muktamirin. Ada sebanyak 20.833 dus atau setara 500.000 botol air minum SHOFA yang bakal disediakan di arena muktamar.
Sementara itu, Ketua Panitia Muktamar ke-34 NU M. Imam Aziz mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi sejumlah pihak yang ingin berkontribusi terhadap penyelenggaraan Muktamar NU di Lampung.
“Berbagai sumbangan terus mengalir ke Panitia Muktamar NU. Bantuan air minum kemasan dari INKOPTANU sudah diserahterimakan,” ucap Imam Aziz, Jumat.
Dia menekankan tentang prinsip kemandirian yang menjadi tema besar Muktamar ke-34 NU, Menuju Satu Abad: Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia
Baca Juga: PBNU Pertimbangkan Muktamar secara Daring, Usulan dari Cabang Istimewa NU Se-Dunia
Menurut Imam Aziz, kemandirian warga NU di bidang ekonomi secara umum, belum sampai pada cita-cita yang diharapkan selama ini.
Menurutnya, mandiri itu berarti berdaulat. Saat ini, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya tetapi belum mampu berdaulat, sehingga secara ekonomi pun bisa mandiri.
“Kalau dalam teori makro-ekonomi bahwa yang disebut kemandirian itu akan berbasis pada beberapa hal. Pertama, soal pengetahuan dan intelektual. Ini lebih kepada pengembangan sumber daya manusia. Saya kira, kita harus rendah hati mengakui bahwa kita belum sampai pada taraf pengetahuan yang cukup untuk dijadikan sebagai landasan,” tandas Imam Aziz.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.