Kompas TV internasional kompas dunia

Demonstrasi Anti-China Rusuh di Kepulauan Solomon, Tiga Jasad Terbakar Ditemukan

Kompas.tv - 28 November 2021, 11:00 WIB
demonstrasi-anti-china-rusuh-di-kepulauan-solomon-tiga-jasad-terbakar-ditemukan
Reruntuhan gedung karena kerusuhan di Kepulauan Solomon. Ditemukan tiga jasad yang terbakar dari sebuah toko. (Sumber: AP Photo/Piringi Charley)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Purwanto

HONIARA, KOMPAS.TV - Demonstrasi anti-China di kepulauan Solomon berlangsung rusuh dan ditemukan tiga jasad yang terbakar dari sebuah gedung yang kebakaran.

Tiga jasad tersebut ditemukan di sebuah bangunan yang terbakar di Honiara, Ibu Kota Kepulauan Solomon.

Hal itu diuangkapkan oleh pihak kepolisian, Sabtu (27/11/2021).

Penemuan tiga jasad tersebut, menjadi laporan kematian pertama setelah kerusuhan yang terjadi sepanjang hari.

Baca Juga: AS Puji Tranparansi Afrika Selatan untuk Varian Covid-19 Omicron

Jasad-jasad itu ditemukan di sebuah toko di gedung yang berada di Distrik Chinatown, yang menjadi target demonstrasi dan penjarahan.

Dikutip dari Al-Jazeera, penjaga keamanan mengungkapkan ia menemukan jasad tersebut di dua ruangan, Jumat (26/11/2021) malam.

Polisi mengungkapkan tim forensic telah meluncurkan investigasi dan saat ini masih berada di lokasi kejadian.

Tetapi penyebab kematian ketiganya saat ini masih belum jelas.

Pihak kepolisian mengungkapkan lebih dari 100 orang ditangkap atas kerusuhan tersebut.

Warga setempat pun mulai menilai kerusakan yang mereka terima akibat kerusuhan.

Jam malam pun diberlakukan di Ibu Kota yang tengah bergolak tersebut setelah tiga hari demonstrasi yang berujung kekerasan.

Hal itu kemudian berlanjut dengan penyerangan ke rumah Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manaseh Sogavare.

Selain itu banyak bagunan yang akhirnya menjadi reruntuhan karena parahnya kerusuhan.

Baca Juga: Penasehat Gedung Putih: Varian Baru Covid-19 Omicron Kemungkinan Sudah Ada di AS

Kerusuhan ini sebagian disebabkan rasa frustasi terhadap pemerintahan PM Manaseh Sogavare, serta masalah pengangguran, situasi yang diperparah dengan pandemi.

Para ahli juga mengatakan krisis itu dipicu permusuhan lama antara penduduk Malaita, pulau terpadat, dengan pemerintah pusat yang berbasis di pulau Guadalcanal.

Perbedaan pun semakin tinggi sejak Sogavare tiba-tiba mengubah pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China pada 2019.

Songavare sendiri menyalahkan kekuatan asing karena memicu kerusuhan, tetapi tak menyebutkan siapa mereka.




Sumber : Al-Jazeera




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x