NEW YORK, KOMPAS.TV - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk penyitaan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Yaman, yang saat ini telah ditutup, Kamis (18/11/2021).
Penyitaan dilakukan oleh pemberontak Houthi di negara itu. Selain disita, sejumlah karyawan lokal Kedutaan AS di Yaman juga ditahan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa upaya diplomatik telah berhasil mengamankan pembebasan sebagian besar karyawan yang ditahan.
Namun demikian, beberapa staf hingga saat ini masih dalam tahanan. Dia kemudian mengatakan bahwa upaya pembebasan masih terus dilakukan.
Baca Juga: Delapan Orang Meninggal dalam Ledakan di Yaman
Dewan Keamanan PBB menekankan bahwa konvensi Wina melarang penyerangan dalam bentuk apapun ke dalam properti diplomatik. Properti dan arsip misi diplomatik yang telah ditutup sementara harus dihormati dan dilindungi.
Seperti dikutip dari The Associated Press, pernyataan dewan tersebut menyusul permintaan yang dilayangkan PBB pada Rabu lalu untuk membebaskan dua staf PBB yang ditahan awal bulan ini oleh pemberontak Yaman.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan bahwa staf PBB tersebut diberi jaminan oleh pejabat senior Houthi pekan lalu bahwa mereka akan dibebaskan. Keduanya merupakan warga Yaman.
Ia mengatakan, masing-masing staf PBB tersebut bekerja untuk kantor hak asasi manusia PBB dan UNESCO. Mereka ditahan sejak 5 November dan 7 November lalu.
Baca Juga: 12 Orang Tewas Akibat Serangan Bom Mobil di Dekat Bandara Internasional Aden Yaman
Yaman telah dilanda perang saudara sejak 2014, ketika Houthi yang didukung Iran menguasai Ibu Kota, Sanaa.
Hal ini memaksa pemerintah yang diakui secara internasional untuk melarikan diri ke selatan, lalu ke Arab Saudi.
Koalisi yang dipimpin Saudi memasuki perang pada Maret 2015, didukung oleh Amerika Serikat, untuk mencoba mengembalikan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi ke tampuk kekuasaan.
Meskipun kampanye udara dan pertempuran darat tanpa henti, perang telah memburuk sebagian besar menjadi jalan buntu dan melahirkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.