JAKARTA, KOMPAS.TV- Jagad dunia maya dihebohkan dengan protes warganet Indonesia ke produsen sepatu Adidas Singapura.
Penyebabnya, Adidas menyebut wayang kulit sebagai bagian dari budaya Malaysia. "Desain ini memberi penghormatan untuk Wayang Kulit, bagian signifikan dari identitas dan warisan budaya Malaysia dengan meleburkan elemen-elemen Wayang Kulit dengan palet warna modern, dalam sebuah pendekatan “lawas-ketemu-baru” dalam UltraBOOST DNA,” bunyi iklan Adidas.
Namun setelah diprotes, Adidas pun minta maaf.
Permintaan maaf itu disampaikan Adidas Singapura melalui Instagram Story @adidassg pada Senin (15/11/2021) malam waktu Indonesia.
"Terima kasih sudah menegur kami. Sementara wayang kulit adalah bagian penting dalam warisan budaya Malaysia, kami seharusnya menyoroti itu (Wayang Kulit) asli dari Indonesia dalam unggahan kami," tulis Adidas Singapore.
Baca Juga: Kronologi Adidas Singapura dan Filipina Sebut Wayang Kulit dari Malaysia, Dikecam Lalu Minta Maaf
Seni pertunjukan wayang kulit memang sudah lama menjadi tradisi dan budaya di Nusantara, khususnya Pulau Jawa dan Bali. Bahkan, UNESCO sudah menetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia yang tiap tanggal 7 November, oleh warga Indonesia dirayakan sebagai Hari Wayang sedunia.
Dari sekian sosok dalang wayang kulit, satu nama yang sangat populer dan banyak disebut adalah Ki Nartosabdo.
Dalang kelahiran Klaten, Jawa Tengah tersebut memang menjadi maestro wayang dan musik tradisional di Jateng, yang sudah dikenal di seluruh Indonesia.
Maret lalu, pemerintah Kota Semarang bersama PT Jamu Jago meresmikan patung dada Ki Nartosabdo, di persimpangan Jalan Pemuda - Johar, tepatnya Selasa 30 Maret 2021.
Meski lahir di Klaten pada 25 Agustus 1925 namun Ki Nartosabdo meninggal dan dimakamkan di di Kota Semarang pada 7 Oktober 1985.
Pembangunan patung Ki Nartosabdo merupakan inisiasi dari Presiden Komisaris PT Jamu Jago, Jaya Suprana, selaku murid dari Ki Nartosabdo.
Desain patung dibuat oleh Yhana SR dengan tinggi 170 sentimeter dan volume lebih dari 100 kilogram terbuat dari tembaga. Sedangkan Pemahat Patung tersebut yakni Sugito.
Baca Juga: 5 Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia, Terbaru Wayang Kulit oleh Adidas
Salah satu kelebihan Ki Nartosabdo adalah kemampuannya dalam membuat lakon carangan. Wayang yang sangat kaku dan formal, menjadi luwes dan banyak inovasi di tangan dalang bernama asli Soenarto ini.
Tidak heran, dia pun banyak menerima kritik dari sesama dalang kala itu. Bahkan pernah diboikot di sebuah radio.
Namun kritikan dan boikot itu yang membuatnya makin kreatif. Sehingga bukan hanya seni pedalangan yang dia kuasai, tapi juga lagu-lagu Jawa. Beberapa lagu yang terkenal hingga sekarang antara lain “Swara Sluring”, “Ojo Dipleroki”, “Sarung Jagung”, “Praon”, “Ojo Lamis”, dan masih banyak lagi.
Dan waktu pun membuktikan bahwa karya dan kreasi Ki Nartosabdo makin digemari dan diterima masyarakat. Dia bisa tampil di berbagai kota seperti Jakarta, Jogjakarta, hingga Surabaya. Bahkan, dalang Ki Manteb Sudarsono (almarhum) pun mengakui bahwa Ki Narto Sabdo adalah salah satu dalang terbaik yang pernah dilahirkan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.