MOSKOW, KOMPAS.TV – Rusia mengirimkan sekitar 250 personel pasukan penerjun payung ke Belarusia pada Jumat (12/11/2021). Aksi ini merupakan bentuk dukungan negeri beruang merah itu pada sekutunya di tengah meningkatnya tensi ketegangan terkait ribuan migran dan pengungsi di perbatasan Belarusia – Polandia.
Melansir Associated Press pada Sabtu (13/11/2021), Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, sebagai bagian dari latihan perang bersama, sekitar 250 personel pasukan terjun payung Rusia diterjunkan dari pesawat angkut Il-76 ke wilayah Grodno di Belarusia yang berbatasan dengan Polandia.
Usai latihan, pasukan terjun payung itu diketahui kembali naik ke pesawat angkut dan terbang kembali ke Rusia.
Latihan gabungan itu melibatkan satu batalion pasukan terjun payung Rusia yang dimaksudkan untuk menguji kesiapan pasukan respons cepat sekutunya. Ini, kata militer Belarusia, diakibatkan oleh “meningkatnya aktivitas militer di dekat perbatasan Belarusia”.
Baca Juga: Krisis di Perbatasan Belarusia-Polandia Memanas, Ribuan Migran Terjebak, Politisi Saling Tuduh
Latihan perang itu juga melibatkan aset pertahanan udara Belarusia seperti helikopter tempur dan kesatuan pasukan lainnya. Mereka ditugaskan antara lain menyasar musuh pengintai dan formasi bersenjata ilegal.
Pada awal pekan ini, Rusia mengirim sejumlah pesawat pengebom strategis berkemampuan nuklir dalam misi patroli di Belarusia selama dua hari berturut-turut.
Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky mengatakan pada wartawan di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, bahwa pengiriman itu merupakan respons atas penumpukan massa migran dan pengungsi besar-besaran di perbatasan Polandia – Belarusia.
Rusia amat mendukung Belarusia di tengah meningkatnya ketegangan akibat penumpukan ribuan migran dan pengungsi. Sebagian besar dari mereka berasal dari Timur Tengah, dan mereka berkumpul di perbatasan sisi Belarusia dengan harapan dapat menyeberang ke Polandia ke Uni Eropa.
Baca Juga: Krisis Perbatasan Polandia: Migran Ditipu dan Terjebak di Belarusia dalam Kondisi Mengenaskan
Uni Eropa sendiri menuding Presiden Belarusia yang otoriter, Alexander Lukashenko, telah mendorong penyeberangan lintas batas negara secara ilegal dan menyebutnya sebagai ‘serangan hibrida’.
Serangan ini dituding Uni Eropa sebagai pembalasan atas sanksi Uni Eropa terhadap pemerintah Belarusia yang melakukan kekerasan terhadap demonstran yang berunjuk rasa memprotes pemilihan kembali Lukashenko pada 2020 lalu.
Belarusia membantah tuduhan itu, tapi mengatakan tak akan menghentikan upaya para pengungsi dan migran memasuki Uni Eropa.
Kementerian Pertahanan Belarusia sendiri menuduh Polandia telah melakukan peningkatan aktivitas militer di perbatasan.
Sebelumnya, Lukashenko menyatakan pada Belarusia perlunya meningkatkan kerja sama militer di tengah ancaman yang disebutnya sebagai aksi agresif sekutu NATO.
Baca Juga: Presiden Belarusia Hina Uni Eropa dan Polandia Usai Naik Pitam Dituduh Ini
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.