JAKARTA, KOMPAS.TV- Garuda Indonesia mulai mengurangi jumlah penerbangan, rute penerbangan, dan juga pesawat. Hal itu dilakukan untuk memperbaiki keuangan Garuda. Namun di sisi lain, membuat penerbangan Garuda semakin langka dan sulit di temui di beberapa bandara.
"Jadi memang kami sudah mendapatkan banyak komplain 1 bulan terakhir ini bahwa flight Garuda semakin langka. Ini karena memang pesawatnya juga sudah banyak di-grounded," kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Selasa (9/11/2021).
"Memang ini menjadi isu karena kita juga akan melayani rute-rute penerbangan tertentu saja yang menghasilkan positif margin," ujarnya.
Menurut pria yang akrab disapa Tiko ini, Garuda hanya akan fokus pada penerbangan domestik. Serta penerbangan internasional yang menguntungkan bagi angkutan kargo.
Baca Juga: Wakil Menteri BUMN: Sebenarnya Garuda Indonesia Sudah Bangkrut
"Untuk internasional itu hanya beberapa yang dibuka dan itu pun sebagian besar karena adanya volume kargo yang baik. Jadi kita tidak lagi mempunyai rute-rute seperti Amsterdam, London, Korea Selatan, dan sebagainya, itu di-shutdown," tuturnya.
Tiko menyampaikan, Garuda akan mengurangi 97 rute penerbangan pada 2022. Sehingga tahun depan maskapai BUMN itu hanya memiliki 140 rute, berkurang signifikan dibanding 2019 yang masih memiliki 237 rute.
Begitu juga dengan jumlah pesawat yang akan dikurangi 68 unit tahun depan. Sehingga Garuda hanya akan mengoperasikan 134 pesawat di 2022. Jenis pesawat yang dioperasikan Garuda juga akan dipangkas, dari 13 jenis menjadi hanya 7 jenis saja.
Sedangkan saat ini, ada 125 pesawat yang dimiliki Garuda. Namun yang bisa dioperasikan hanya 50-60 pesawat.
Baca Juga: Garuda Gandeng Emirates, Ini Sederet Keuntungan untuk Penumpang Rute Internasional
"Ini salah satu inefesiensi di masa lalu, karena pesawatnya macam-macam. Biasanya airline yang bagus itu punya 3-4 macam pesawat. Di Garuda pesawatnya ada banyak sekali (jenisnya), dan itu membuat kompleksitas dari pengelolaan mantainance-nya sehingga cost menjadi mahal," kata Tiko.
Pengurangan jumlah pesawat juga disebabman sebagian besar pesawat sudah diambil oleh pihak lessor (pihak yang menyewakan pesawat), karena Garuda sudah tidak kuat membayar.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.