LONDON, KOMPAS.TV - Geng peretas ransomware yang diduga berasal dari Rusia berhasil membobol data perusahaan perhiasan asal Inggris Raya, Graff pada Oktober 2021 lalu. Grup bernama Conti itu sukses mencuri ribuan berkas data tokoh-tokoh berpengaruh di dunia.
Menurut laporan Daily Mail, berkas sensitif tentang tokoh seperti Donald Trump, David Beckham, serta Oprah Winfrey termasuk dalam data yang dicuri Conti.
Geng peretas ini kemudian meminta tebusan jutaan dolar AS jika tokoh-tokoh tersebut tidak mau datanya dibocorkan. Untuk membuktikan keseriusannya, Conti telah merilis 69.000 dokumen rahasia mengenai klien-klien Graff.
Akan tetapi, langkah itu justru kemudian disesali geng peretas tersebut. Pasalnya, mereka turut membocorkan berkas sensitif terkait penguasa di jazirah Arab.
Conti pun merilis permintaan maaf di situs webnya kepada “keluarga kerjaan” di Arab. Mereka meminta maaf khususnya kepada Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman.
Baca Juga: Ukraina Dakwa 5 Hacker yang Diduga Agen Rusia
“Kami menemukan bahwa data sampel kami tidak ditinjau secara layak sebelum diunggah ke blog. Conti menjamin setiap informasi terkait keluarga (kerajaan) Arab Saudi, UEA, dan Qatar akan segera dihapus,” tulis pernyataan geng peretas tersebut.
“Tim kami meminta maaf kepada Yang Mulia Pangeran Muhammad bin Salman dan setiap anggota keluarga kerajaan yang namanya disinggung dalam publikasi kami untuk setiap gangguan yang ditimbulkan,” imbuh Conti.
Allan Liska, periset ransomware di firma keamanan siber Recorded Future menduga, geng peretas itu takut akan potensi pembalasan dari negara-negara Arab.
“Terus terang, UEA mengirim tim pembunuh untuk mengurusi orang-orang yang tidak mereka suka. AS dan Inggris Raya tidak melakukannya,” kata Liska kepada Motherboard.
“Tebakan saya adalah mereka berbicara dengan seseorang di Kremlin (pemerintah Rusia) yang memberi tahu mereka bahwa ini bukanlah ide bagus, lalu mereka menghapus data-data itu,” imbuhnya.
Akan tetapi, periset ransomware lain, Bret Callow punya pendapat berseberangan. Ia menyebut Conti pernah meretas perusahaan Arab Saudi dan seharusnya “tak masalah” untuk beroperasi di negara itu.
“(Pernyataan Conti) ocehan gila dari pemabuk? Alasannya itu atau pernyataan tersebut diniatkan untuk membingungkan dan mengaburkan. Sejumlah analis menyebut permohonan maaf itu hasil dari tekanan pemerintah Rusia, tetapi itu sepertinya tidak mungkin,” kata Callow.
Baca Juga: Hacker Israel Serang Ponsel 6 Aktivis Palestina
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.