KABUL, KOMPAS.TV - Personel Taliban menembak mati dua tamu pernikahan yang sedang memainkan musik, kata pejabat setempat dan seorang saksi, Sabtu (30/10/2021), memaksa pemerintah baru Afghanistan untuk bersikeras tindakan semacam itu tidak diizinkan sama sekali, seperti dilansir Straits Times, Minggu (31/10/2021).
Seorang kerabat korban mengatakan personel Taliban melepaskan tembakan ketika musik sedang dimainkan di sebuah pernikahan di Sorkhrud, Provinsi Nangarhar, di timur negara itu. Tembakan itu menewaskan dua orang dan melukai dua lainnya.
Terakhir kali Taliban memerintah Afghanistan, mereka melarang musik, sementara pemerintah baru belum mengeluarkan dekrit seperti itu. Jajaran Taliban masih tidak menyukai penggunaan musik dalam hiburan dan melihatnya sebagai pelanggaran hukum Islam.
"Para pemuda itu memainkan musik di ruang terpisah dan tiga pejuang Taliban datang dan menembaki mereka. Luka-luka dari dua orang yang terluka parah," katanya kepada wartawan.
Qazi Mullah Adel, juru bicara gubernur Taliban di Nangarhar, membenarkan insiden itu tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Seorang sumber keamanan mengatakan, dua pria yang menyerang pernikahan itu kini telah ditahan.
Di Kabul, Juru Bicara Pemerintah Zabihullah Mujahid belum bisa mengonfirmasi insiden itu, tetapi menegaskan bukan kebijakan Taliban untuk mengeksekusi pecinta musik.
Baca Juga: Taliban Dituduh Penggal Kepala Bintang Voli Perempuan Afghanistan
"Penyelidikan terus dilakukan. Sejauh ini belum jelas bagaimana kejadiannya," katanya. "Apakah ini masalah pribadi atau apa?" kata Zabihullah.
"Di jajaran Emirat Islam Afghanistan, tidak ada yang berhak untuk menjauhkan siapa pun dari musik atau apa pun, hanya boleh untuk mencoba membujuk mereka. Itu adalah cara utama," kata Zabihullah dalam konferensi pers.
"Jika ada yang membunuh seseorang, bahkan jika mereka adalah personel kami, itu adalah kejahatan dan kami akan membawa mereka ke pengadilan dan mereka akan menghadapi hukum."
Pemerintah Taliban sebelumnya antara tahun 1996 dan 2001 memberlakukan interpretasi yang sangat ketat terhadap hukum Islam dan hukuman publik yang keras.
Namun, sejak kembali berkuasa pada pertengahan Agustus setelah menggulingkan pemerintah dukungan Amerika Serikat, Taliban, yang mengejar pengakuan internasional dan mengakhiri sanksi, mencoba menunjukkan wajah yang lebih moderat.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.