JAKARTA, KOMPAS.TV- Setelah Fajroel Rahman dilantik sebagai duta besar di Kazakhstan pada Senin (25/10/2021), posisi juru bicara (jubir) presiden pun kosong.
Wakil Ketua DPR RI Sufri Dasco Ahmad menyarankan jika presiden Jokowi kembali mengangkat jubir, maka yang harus dipilih harus komunikatif, pintar dan energik dalam menyampaikan pesan pemerintah kepada publik.
"Jika presiden mengambil keputusan untuk memerlukan jubir, saya mengimbau supaya jubir yang akan diangkat nanti tentunya komunikatif, smart dan energik," ujarnya, Rabu (27/10/2021).
Meski saat ini sudah ada tiga pejabat yang menjadi komunikasi publik Istana, namun perlu atau tidaknya juru bicara presiden sepenuhnya kepentingan Joko Widodo.
"Mengenai kebutuhan apakah perlu atau tidak perlu (mengangkat juru bicara) tentunya Pak Jokowi yang lebih tahu, apakah masih memerlukan jubir atau tidak," ujar Dasco.
Pernyataan Dasco diamini oleh pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, bahwa juru bicara presiden haruslah yang memahami komunikasi. "Sebab, sebagai jubir ia harus dapat mewakili sosok Presiden Jokowi dan memahami seluk beluk kepresidenan," kata Jamiluddin.
Baca Juga: Fahri Hamzah Nilai Pramono Anung Cocok Jadi Jubir Presiden Gantikan Fadjroel Rachman
Menurutnya, jubir presiden itu orang yang diberi tanggung jawab untuk menerangkan kegiatan-kegiatan presiden dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan lembaga kepresidenan.
Untuk itu, jubir presiden harus mampu menyampaikan aktifitas dan kebijakan presiden dengan tepat dan detail, termasuk situasi, kondisi, dan latar belakangnya.
Namun menurut Direktur Charta Politica Yunarto Wijaya, presiden tak butuh juru bicara di sisa akhir masa jabatannya yang kurang dari tiga tahun.
“Apakah sebenarnya Jokowi membutuhkan jubir pengganti Fajdroel Rachman? Saya pribadi malah mengatakan tidak perlu dengan sisa waktu dua tahun setengah,” kata Yunarto Wijaya.
Bagi Yunarto, Jokowi pada periode kedua sudah memperlihatkan bahwa fokus komunikasi istana ada di dirinya sendiri.
Baca Juga: Ini Kata Jubir Presiden dan Ahli Siber Soal Kebocaran Sertifikat Vaksin dan Data Pribadi Jokowi
“Dan ini tidak salah dilakukan ketika kita tahu situasinya extraordinary, kehadiran presiden terutama dalam isu-isu sensitif,” ujarnya.
“Terutama dalam konteks penanganan pandemi itu sangat penting, tidak bisa diwakilkan oleh siapapun.”
Selain itu, lanjut Yunarto, pada periode kedua ini sebaiknya Presiden Jokowi lebih sering muncul ke publik. Sebab, saat itu orang biasanya sudah berbicara mengenai pilpres, siapa yang akan bertarung untuk menggantikan Jokowi.
“Sehingga kehadiran Jokowi secara langsung dalam komunikasi istana, itu bisa menjadi sebuah simbol juga pemerintahan masih berlangsung.”
Namun semuanya berpulang kepada Jokowi, apakah benar-benar butuh seorang juru bicara?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.