JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan frekuensi aktivitas gempa swarm di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga, dan sekitarnya telah menurun secara signifikan.
Pernyatan itu disampaikan Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono melalui akun Twitter pribadinya, Senin (25/10/2021).
Daryono berharap, penurunan frekuensi kegempaan di Banyubiru dan sekitarnya menjadi pertanda baik berhentinya gempa swarm.
"Frekuensi aktivitas gempa swarm Banyubiru, Ambarawa, dan sekitarnya sudah menurun signifikan. Semoga ini pertanda baik," cuit akun Twitter @DaryonoBMKG.
Frekuensi aktivitas gempa swarm Banyubiru, Ambarawa, dan sekitarnya sudah menurun signifikan, smg ini pertanda baik. pic.twitter.com/Bjlajvopmi
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) October 25, 2021
Lebih lanjut, Daryono menunjukkan penurunan frekuensi berdasarkan hasil monitoring BMKG.
Baca Juga: Pemprov Jateng Telah Siapkan Tenda Darurat Bagi Masyarakat Terdampak Gempa Swarm
Diketahui, per hari ini, Senin 25 Oktober 2021, gempa bumi yang terjadi di Banyubiru dan sekitarnya terhitung sebanyak 2 kali getaran.
Jumlah tersebut tentu jauh lebih sedikit daripada yang terjadi pada hari pertama terjadinya gempa di Banyubiru dan sekitarnya sebanyak 24 kali.
"Siang ini terjadi gempa swarm lagi di Ambarawa, tetapi gempa kedua untuk hari Senin, sementara pada hari pertama Sabtu (23/10/2021) yang terjadi gempa sebanyak 24 kali," papar Daryono.
Perlu diketahui, gempa swarm adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian yang sangat tinggi.
Hingg berita ini diterbitkan, BMKG memantau total getaran yang terjadi di Banyubir, Ambarawa, Salatiga, dan sekitarnya sebanyak 35 kali.
Diberitakan KOMPAS TV sebelumnya, fenomena gempa swarm ini erat dikaitkan dengan aktivitas gunung api.
Namun Daryono mengatakan pada gempa yang terjadi ini dikaitkan dengan fenomena tektonik.
"Terkait fenomena swarm yang mengguncang Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya ada dugaan jenis swarm tersebut berkaitan dengan fenomena tektonik (tectonic swarm), karena zona ini cukup kompleks berdekatan dengan jalur Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawapening dan Sesar Ungaran," kata Daryono.
Baca Juga: Apa Itu Gempa Swarm? Gempa yang Guncang Salatiga dan Sekitarnya hingga Puluhan Kali
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.