JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejarah mencatat, pertempuran 10 November 1945 yang sangat heroik itu tidak akan pernah ada tanpa 'Resolusi Jihad' yang diprakarsai kaum santri di Kampung Bubutan, Surabaya, pada 22 Oktober 1945.
Mengutip laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), 'Resolusi Jihad' yang dibacakan pada 22 Oktober hanya berselang 20 hari dari Hari Pahlawan 10 November.
Dari fakta sejarah itu kemudian menunjukkan bahwa kaum santri memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Bangsa ini.
Oleh karena itu hingga kini, sejarah Hari Santri jadi poin penting yang tak terlepaskan jelang peringatan yang jatuh pada hari ini 22 Oktober bahkan pada tahun-tahun mendatang.
Terlebih sejarah mencatat bahwa santri memiliki peran besar dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga keutuhan NKRI.
Salah satu peristiwa sejarah yang dilalui dengan heroik oleh santri, yaitu kejadian pada 19 September 1945.
Saat itu, bendera Belanda yang berkibar di tiang Hotel Orangje, Surabaya, dirobek warna birunya sehingga menyisakan warna merah dan putih.
Selain itu, ada pula peristiwa perebutan senjata tentara Jepang pada 23 September 1945 yang pada akhirnya membawa Presiden Soekarno berkonsultasi kepada KH Hasyim Asy'ari, yang punya pengaruh di hadapan para ulama.
Baca Juga: Hari Santri 2021: Inilah Pesantren Tertua di Indonesia, Umurnya Lebih dari 500 Tahun
Soekarno melalui utusannya menanyakan hukum mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asy'ari kemudian menjawab dengan tegas bahwa umat Islam perlu melakukan pembelaan terhadap Tanah Air dari ancaman asing.
Pada 17 September 1945, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad untuk melawan para penjajah.
Pengaruh resolusi jihad sangat meluas hingga menggerakkan para santri ke Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ditambah dengan pekikan semangat dari Bung Tomo, hingga terjadi peristiwa 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Sumber : Kompas TV/Kemenag
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.