LONDON, KOMPAS.TV - Tenaga kesehatan Inggris Raya mendesak pemerintahan Boris Johnson segera memberlakukan kembali pembatasan terkait Covid-19. Hal ini menyusul meningkatnya tingkat penularan dan perawatan di rumah sakit.
Badan Kesehatan Inggris (NHS), yang menjadi pusat sistem kesehatan Inggris Raya, mendesak pemerintah segera bergerak untuk menanggulangi “krisis musim dingin”.
“Kami mendesak pemerintah memberlakukan kebijakan seperti wajib masker di tempat ramai dan tertutup, tanpa berlama-lama untuk menjaga kesehatan rakyat dan mencegah NHS kewalahan musim dingin ini,” demikian pernyataan NHS dikutip CNBC.
“NHS menyaksikan peningkatan kasus virus corona yang mengkhawatirkan di rumah sakit dan di tengah masyarakat ketika sedang menyiapkan periode musim dingin yang sibuk, staf NHS terancam burnout, dan hendak membuka kembali pelayanan yang sempat terganggu oleh pandemi,” lanjut pernyataan tersebut.
Kasus Covid-19 di Inggris Raya semakin mengkhawatirkan belakangan ini. Tingkat infeksinya mencapai 40.000 hingga 50.000 kasus baru harian. Tingkat kematian serta perawatan di rumah sakit juga terus meningkat.
Baca Juga: WHO: Eropa Jadi Satu-Satunya Wilayah di Dunia dengan Lonjakan Covid-19
Pada Senin (18/10/2021), Inggris mencatat 49.156 kasus Covid-19 baru, tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Pada Selasa (19/10/2021), angka itu turun menjadi 43.738 kasus baru.
Aturan Covid-19 di Inggris sendiri dilonggarkan sejak 19 Juli silam. Bisnis seperti pub, restoran, dan tempat hiburan malam kembali dibuka. Masker pun mulai diabaikan, hanya diwajibkan di transportasi publik.
Perdana Menteri (PM) Boris Johnson sendiri sebelumnya bersikeras untuk tidak memberlakukan pembatasan kembali. Ia menginginkan Inggris “belajar hidup bersama virus”.
Akan tetapi, Ketua Konfederasi NHS Matthew Taylor punya pendapat yang kontras. Menurutnya, sistem kesehatan Inggris saat ini sudah berada di ujung tanduk.
“Saya berbicara kepada otoritas kesehatan tiap hari, dan saya benar-benar tidak berbicara pada orang yang tidak bilang bahwa layanan mereka berada dalam tekanan kuat. Ini baru pertengahan Oktober dan semuanya bisa menjadi lebih buruk,” kata Taylor kepada BBC Radio.
Para ahli kesehatan Inggris juga dikhawatirkan dengan perkembangan mutasi Covid-19 varian Delta. Turunan varian Delta yang dinamai AY.4.2 dilaporkan sedang menyebar di Inggris saat ini.
Para ahli sedang memonitor dan meneliti mutasi tersebut. Mutasi ini diduga terkait dengan lonjakan kasus di Inggris, tetapi kecurigaan ini belum bisa dikonfirmasi.
“Frekuensi turunan ini sedang meningkat. Ini termasuk spike mutations A222V dan Y145H. Sepekan setelah 27 September 2021, turunan ini bertanggung jawab atas sekitar 6 persen dari semua sekuens yang dihasilkan. Asesmen lebih jauh sedang dilakukan,” tulis laporan Badan Kesehatan Inggris (UKHSA).
Profesor imunologi di Imperial College London, Danny Altmann menyebut, subtipe virus ini wajib diwaspadai dan dikontrol.
“Delta telah menjadi varian dominan di beberapa wilayah selama enam bulan dan tidak disingkirkan oleh varian lain. Harapannya adalah varian Delta menjadi bentuk mutasi puncak yang dicapai virus ini. Namun, AY.4 menimbulkan keraguan tentang kesimpulan itu,” kata Altmann kepada CNBC.
Baca Juga: Presiden Brasil Bolsonaro Diprotes Warga Soal Penanganan Covid-19, Lebih Dari 600 Ribu Meninggal
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.