WASHINGTON DC, KOMPAS.TV - Jenderal Colin Powell, pahlawan perang dan menteri luar negeri kulit hitam pertama Amerika Serikat, meninggal dunia pada Senin (18/10/2021) di usia 84 tahun karena komplikasi Covid-19. Demikian diungkapkan pihak keluarga dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Straits Times.
“Almarhum sudah divaksinasi lengkap. Kami ingin berterima kasih kepada staf medis di Pusat Medis Nasional Walter Reed atas perawatan mereka yang penuh perhatian. Kami telah kehilangan suami, ayah, kakek, dan orang Amerika yang luar biasa dan penyayang," kata keluarga Powell dalam sebuah posting di halaman Facebook-nya.
Masa Perang Teluk I tahun 1991 saat Irak menduduki Kuwait, Powell adalah seorang jenderal Angkatan Darat bintang empat yang menjabat sebagai Kepala Staf Gabungan di bawah Presiden George H.W. Bush. Saat itu, pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat mengusir pasukan Irak dari negara tetangganya, Kuwait.
Powell semasa hidup adalah seorang Republikan moderat dan seorang pragmatis, usai terlibat memimpin Perang Teluk I kemudian dia menjabat sebagai menteri luar negeri di bawah Presiden George W. Bush.
Colin Powell adalah putra imigran Jamaika yang menjadi pahlawan perang AS dan menteri luar negeri kulit hitam pertama negara adidaya tersebut.
Pensiunan jenderal bintang empat dan mantan Kepala Staf Gabungan yang mengabdi kepada empat presiden Amerika Serikat itu merupakan sosok sangat terhormat yang jauh dari hingar bingar politik dan dianggap sebagai aset di koridor kekuasaan.
"Jenderal Powell adalah pahlawan Amerika, contoh Amerika, dan kisah Amerika yang hebat," kata George W. Bush saat mengumumkan pencalonan Powell sebagai menteri luar negeri pada tahun 2000.
"Dalam keterusterangan berbicara, integritasnya yang tinggi, rasa hormatnya yang mendalam terhadap demokrasi kita, dan rasa tugas dan kehormatan prajuritnya, Colin Powell menunjukkan ... kualitas yang akan membuatnya menjadi perwakilan hebat dari semua orang di negara ini." kata Bush saat mengangkat Powell sebagai menteri luar negerinya.
Baca Juga: Partai Pemimpin Syiah Muqtada al-Sadr Menang Pemilu Irak
Tapi Powell kemudian merasa sangat sulit untuk mempertahankan pidatonya sendiri yang terkenal pada Februari 2003 di Dewan Keamanan PBB yang memaparkan bukti dan memberi justifikasi terhadap penyerbuan Amerika Serikat dan sekutu ke Irak atas tudingan keberadaan senjata pemusnah massal.
Di kemudian hari, bukti yang dia tunjukkan kemudian terbukti salah dan bohong belaka.
"Itu adalah noda... dan akan selalu menjadi bagian dari catatan saya. Itu menyakitkan. Ini menyakitkan sekarang," kata Powell dalam wawancara dengan ABC News pada 2005.
Dilahirkan pada 5 April 1937, hidup Powell dimulai di Harlem, New York, tempat ia dibesarkan dan memperoleh gelar dalam bidang geologi.
Dia juga ikut dalam Korps Pelatihan Perwira Cadangan (ROTC) di perguruan tinggi, dan setelah lulus pada Juni 1958, dia menerima penugasan sebagai letnan dua di Angkatan Darat AS, dan ditempatkan di Jerman Barat saat itu.
Powell menyelesaikan dua tur tugas di Vietnam, tahun 1962-63 sebagai salah satu dari ribuan penasihat militer John F. Kennedy, dan sekali lagi pada 1968-69 untuk menyelidiki pembantaian My Lai.
Dia mendapatkan bintang purple heart tetapi juga menghadapi mata selidik yang mempertanyakan nada laporannya tentang ratusan kematian di My Lai, yang bagi sebagian orang tampaknya mengabaikan kemungkinan kesalahan apa pun di pihak Amerika.
"Saya berada di unit yang bertanggung jawab atas My Lai. Saya tiba di sana setelah My Lai terjadi," katanya kepada pewawancara Larry King pada 2004.
"Jadi, dalam perang, hal-hal mengerikan semacam ini sesekali terjadi, tetapi mereka tetap harus disesalkan."
Sumber : Kompas TV/France24/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.