MALUKU UTARA, KOMPAS.TV - Pemerintah Indonesia berencana mengirim 200 imam masjid ke Uni Emirat Arab (UEA). Pengiriman para imam masjid ini adalah bagian dari kerja sama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab yang telah disepakati oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kabar itu disampaikan oleh Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin di Sofifi, Maluku Utara, Jumat (15/10/2021) malam, pada Malam Taaruf Seleksi Tilawatil Quran Nasional 2021.
Para imam masjid yang akan dikirim, kata Kamaruddin, akan diseleksi secara khusus terlebih dahulu oleh pihak UEA dan Kementerian Agama. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi jika ingin mendaftar di program ini.
"Perlu saya sampaikan Presiden Jokowi telah menyepakati komitmen dengan Uni Emirat Arab untuk mengirimkan 200 imam masjid menjalankan tugas di seluruh masjid di negara itu," tuturnya seperti dikutip Antara.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alaudin Makassar itu juga menjelaskan, nantinya dalam proses seleksi untuk para imam ini akan dilakukan bertahap dalam rentang dua tahun.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan kelak selama rentang dua tahun itu posisi imam masjid di UEA akan banyak diisi oleh warga Indonesia yang mengabdi di sana.
Kamarudin menjelaskan, salah satu syaratnya adalah menghafal Alquran tiga puluh juz. Selain itu, memiliki keterampilan standar lain sebagai imam, seperti menguasai bahasa Arab dan mampu membaca Alquran secara tartil.
"Syaratnya cukup berat yaitu harus hafal Al Quran 30 juz, qari, dan bisa bahasa Arab, dan saya yakin STQ (Seleksi tilawatil Qur’an-red) ini menjadi salah satu penyuplai (imam ke UEA)," ujarnya.
Baca Juga: Kemenag Tanggapi Media Asing yang Soroti Suara Azan: Aturan Soal Pengeras Suara Masih Relevan
Saat ini pemerintah lewat Kementerian Agama juga sudah melakukan seleksi dan beberapa sudah sampai tahap akhir.
Namun, kata Kamaruddin, baru terseleksi 50 orang dari 200 yang ditargetkan. Tes akan dilakukan bersama-sama oleh Kementerian Agama dan pihak UEA.
"Semoga hasil dalam Seleksi tilawatil Qur'an ini bisa menemukan kandidat yang hafal Al Quran, qari, dan bisa berbahasa Arab," tandasnya.
Baca Juga: Rektor UIN Sebut Taliban Mulai Moderat terhadap Perempuan, Pengamat: Itu Omong Kosong
Kamaruddin juga mengakui, di Indonesia kesulitan mendapatkan imam masjid dengan kriteria seperti yang diinginkan. Tapi peluang itu masih banyak karena seleksi masih terus dilakukan. Pihak UEA pun senang dengan perkembangan ini.
"Artinya ini merupakan apresiasi dan penghargaan dari Uni Emirat Arab kepada Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan bangsa yang moderat dan toleran," kata dia.
Menurut Kamaruddin, praktek keberagamaan di Indonesia menjadi contoh UEA. Mereka juga memberi kepercayaan dan berasumsi imam dari Indonesia bisa membawa praktik keagamaan moderat.
Tujuan ini, kata Kamarudin, agar bisa menjadi model dan contoh praktik beragama di UEA.
"Ini merupakan hal yang membanggakan bagi Indonesia dan kami yakin kita punya banyak stok penghafal Al Quran dan qari," tutupnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.