SURABAYA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di Kabupaten Tulungagung untuk waspada tsunami setinggi 24 meter.
Dari hasil modeling, tsunami akan terjadi apabila gempa bermagnitudo 8,7 mengguncang Tulungagung. Hal itu akan memicu gelombang tsunami setinggi 24 meter setelah 30 menit kegempaan.
"Itu potensi, bisa terjadi bisa enggak. Ketika kita tahu ada potensi maka kita bisa bersiap," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Malang Ma'muri sepertu dilansir dari ANTARA, Rabu (13/10/2021).
Kabupaten Tulungagung menjadi salah satu daerah yang disebutnya memiliki banyak kawasan pesisir yang bisa terdampak tsunami dengan ketinggian 24 meter.
Kabupaten ini memiliki garis pantai dengan bentang sepanjang kurang-lebih 64 kilometer. Ada sekitar 14 titik pantai yang sudah teridentifikasi, enam di antaranya merupakan pantai yang terdapat hunian (pemukiman).
Baca Juga: BMKG Ungkap Pontensi Gempa hingga 8,7 Magnitudo di Purworejo, Bisa Picu Tsunami Dahsyat
Enam pantai berpenghuni itu adalah Pantai Sine, Sidem dan Klathak, Molang, Popoh, dan Pantai Gemah.
Lebih lanjut Ma'muri menjelaskan imbauan ini mengingat adanya siklus tsunami 100 tahunan di wilayah selatan Jawa.
Terlebih memang pesisir Jawa Timur memiliki potensi gemba besar dengan magnitudo 8,7 yang bisa memicu tsunami.
"Di wilayah pesisir Jawa Timur ini, ada potensi gempa besar magnitudo 8,7 yang bisa berdampak tsunami. Dan ini merupakan siklus 100 tahunan yang harus kita waspadai," jelas Ma'muri.
Kendati masih bersifat prediksi, Ma'muri menekankan pada setiap pemerintah daerah yang memiliki kawasan pesisir selatan di Jatim untuk melakukan skenario dan tindakan mitigasi sejak dini.
Dalam upaya memitigasi potensi megabencana itulah BMKG perlu proaktif melakukan sosialisasi lapangan ke daerah-daerah rawan tsunami.
Tidak hanya Tulungagung, bahkan juga di Pacitan, Trenggalek, Blitar, Malang, Lumajang, Jember hingga Banyuwangi.
"Kami langsung turun lapangan guna melakukan verifikasi jalur evakuasi dan titik evakuasi akhir yang sudah ada di masing-masing daerah," ujarnya.
Hal yang perlu diperhatikan selain jalur evakuasi, yaitu edukasi tentang rumus tsunami 20 20 20.
Rumus ini berarti, jika terjadi gempa lebih dari 20 detik, warga punya waktu 20 menit untuk mengungsi ke tempat dengan ketinggian di atas 20 meter.
"Edukasi 20 20 20 tepat, tapi yang terpenting harus secara kontinyu (berkelanjutan), sebab terjadinya kapan kita tidak tahu," pungkasnya.
Baca Juga: BMKG Analisis Kenaikan Suhu di DIY dan Jateng: Penggunaan Lahan Tinggi hingga Kondisi Gunung Merapi
Sebelumnya, menurut catatan sejarah, pada 1818 pernah terjadi tsunami di selatan Jawa Timur. Bencana di pesisir selatan Jawa Timur tersebut merupakan siklus 100 tahunan yang harus diwaspadai.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.