KOMPAS.TV - Kamis Lusa (14/10/2021), Bali akan resmi dibuka untuk turis mancanegara, setelah 1,5 tahun terpuruk akibat pandemi.
Saya berkunjung ke Bali untuk melihat beberapa hari persiapannya. Termasuk masuk secara eksklusif ke area terbatas di Bandara Ngurah Rai dan mewawancarai Gubernur Bali Wayan Koster.
Perjalanan pertama saya adalah ke daerah wisata populer di Badung, Bali, yakni Kuta. Saya berkunjung siang dan juga malam hari. Seperti apa yang terjadi? Sungguh miris.
Saya melihat di kanan dan kiri, toko, rumah makan, hingga tempat penukaran uang alias Money Changer yang tutup. Ada banyak sekali tak terhitung.
Baca Juga: Luhut: Bandara I Gusti Ngurah Rai Buka Penerbangan Internasional Demi Memulihkan Ekonomi Bali
Pada siang hari, sejumlah restoran yang pada sebelum pandemi buka dengan hingar-bingarnya siang hingga malam, kini hanya tersisa tumpukan kursi. Bahkan beberapa tempat di antaranya tengah dalam proses dibongkar.
Tak jarang pula yang berstempel dijual atau sekadar dikontrakkan, tapi tak juga kunjung terlaksana proses beli dan sewanya.
Tak pula luput terkena dampak, adalah para penjaja barang dan oleh-oleh khas Bali yang berkeliling di Pantai Kuta. Ibu-Ibu setengah baya yang berjalan tak henti di pinggir Pantai Kuta, Bali.
Ratna namanya, ia sudah beberapa jam lalu berkeliling, tapi tak satu pun barang dagangannya terjual.
Ratna harus melanjutkan kehidupan, meski memang sangat tampak bahwa wisatawan yang ada di Pantai Kuta bisa dihitung dengan jari.
Hanya tampak beberapa wisatawan asing yang memang sudah lama tinggal di Bali. Biasanya mereka memiliki usaha di Bali, yang juga pasti mayoritas terkendala dampaknya. Kecuali mereka yang berlibur di Bali, dan bekerja dari Bali dalam waktu yang lama.
Gubernur Bali yang saya wawancara memang menyebutkan kondisi ekonomi Bali, yang mayoritas bergantung secara langsung atau tidak langsung pada pariwisata terdampak.
Bahkan pertumbuhan ekonomi Bali terpuruk pada minus 9 persen tahun 2020 lalu, menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang paling jatuh terdalam.
"Tahun 2020, minus 9 persen, tidak pernah sepanjang Bali berdiri, terdampak karena pandemi," ungkap Gubernur Koster kepada Saya.
"Apalagi saat (Penyebaran Covid) sedang tinggi-tingginya pada Juli (2021) lalu. Saya sulit tidur, memikirkan kondisi (masyarakat) Bali," tambah Koster.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.