JAKARTA, KOMPAS.TV – Wakil Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Muhammad Haerul Amri, mengharapkan adanya regenerasi posisi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada gelaran Muktamar ke-34 di akhir tahun ini. Hal ini terkait dengan beberapa nama yang muncul ke publik sebagai calon-calon potensial calon ketum PBNU.
Nama-nama yang muncul itu mulai dari petahana KH Said Aqil Siradj hingga Gus Yahya. Keduanya adalah dua calon yang paling banyak diperbincangkan dan mendapat dukungan paling kuat untuk menjadi calon Ketum PBNU.
Bagi Amri, saat ini sudah waktunya bagi PBNU untuk regenerasi estafet kepempimpinan. Estafet kepempinan ini kelak akan jadi tradisi yang baik.
“Ansor melihat pergantian ketua umum PBNU selama ini bagian dari estafet yang begitu baik disiapkan oleh NU. Kader-kader muda menggantikan yang senior secara berkelanjutan. Ini yang perlu diteruskan karena telah menjadi tradisi yang baik,” ujar Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Muhammad Haerul Amri di Jakarta, sebagaimana rilis yang diterima KOMPAS.TV, Senin (11/10/2021).
Baca Juga: Muktamar Akhir 2021, Berikut Sederet Nama yang Dijagokan Sebagai Calon Ketum PBNU
Tradisi ini yang menurut Amri harus dipertahankan. Ketua baru dan dua periode saja merupakan pilihan bijak.
Lantas, Amri menyebut contoh baik regenerasi kepemimpinan di NU. Ia mencontohkan KH Hasyim Muzadi yang telah memimpin NU kurun 1999-2010 telah mencetak banyak kader andal di tubuh NU. Salah satu kader itu adalah ketum PBNU sekarang, KH Said Aqil Siradj.
“Pada Muktamar ke-32 NU 2010 di Makassar, KH Hasyim telah menyatakan tak bersedia dicalonkan lagi antara lain karena memberi ruang kepada kader-kader muda untuk memimpin. Selain itu, beliau ingin menghargai sistem kaderisasi yang telah dibangun dengan baik di NU,” kata dia.
Terkait hal ini, Haerul Amri menilai tataran kaderisasi di NU sudah matang, makanya pihaknya merasa harus ada sosok ketum baru.
Baca Juga: Soal Potensi Rivalitas Menuju Ketum PBNU, Pengamat: NU bukan Organisasi Politik atau Parpol
Secara khusus, Ansor juga mengharapkan sosok ketua umum PBNU nanti adalah muda, berjaringan luas, memiliki komitmen kuat memajukan NU dan responsif terhadap perubahan zaman.
"Yang tak kalah penting di era globalisasi yang kian kompleks ini, NU ke depan membutuhkan pemimpin yang bisa berkiprah lebih kuat di kancah dunia. Di usia hampir satu abad ini, cita-cita NU harus ditransformasikan ke level global dan NU memiliki sejumlah tokoh yang berkaliber internasional,” katanya.
Amri menilai sosok Kiai Said bisa jadi contoh baik regenerasi kepempinan di tubuh NU. Apalagi, sosok pengasuh Ponpes Al-Tsaqofah itu sudah menjabat selama dua periode.
Amri mengakui, dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) NU tak ada larangan masa jabatan. Tapi, contoh baik dalam regenerasi kepempinan tetap harus berjalan.
Baca Juga: Temui Presiden Jokowi, Said Aqil Bahas Rencana Muktamar PBNU Secara Tatap Muka
Namun demi kaderisasi dan kebutuhan zaman, dalam bahasa Amri, lebih baik KH Said memberikan ruang yang luas kepada kader di bawah layaknya yang dilakukan KH Hasyim Muzadi.
"Jika Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) menjabat hingga tiga periode tentu tidak bisa disamakan begitu saja. Situasi dan tantangan yang dihadapi NU kala itu berbeda dengan sekarang,” jelasnya.
Tidak disebut secara pasti nama siapa yang bakal didukung GP Ansor dalam Muktamar ke-34 NU yang digelar di Provinsi Lampung, 23-25 Desember 2021.
Amri Cuma menjelaskan, kader-kader muda potensial di NU banyak dan ia menilai anak-anak muda ini bisa adalah kader dan siap menerima tongkat estafet kepemimpinan di tubuh organisasi yang berdiri sejak tahun 1926 lalu itu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.