JAKARTA, KOMPAS.TV – Dorongan pemenuhan kebutuhan terhadap perdagangan dan pembangunan yang lebih inklusif disuarakan berbagai negara berkembang dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-15 United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang telah ditutup pada tanggal 7 Oktober 2021.
Hasil KTM kali ini yaitu Bridgetown Covenant, yang setelah melalui proses negosiasi yang panjang akhirnya secara resmi disepakati oleh negara-negara anggota (7/10/2021). Bridgetown Covenant memberikan UNCTAD mandat empat tahun ke depan untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan program kerja guna membantu negara-negara anggotanya.
Berbagai pandangan dan kepentingan Indonesia telah terefleksikan dalam Bridgetown Covenant antara lain penekanan pentingnya upaya bersama dalam pemulihan dampak Covid-19, pencapaian pembangunan berkelanjutan, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengatasi hambatan perdagangan, pencapaian tujuan iklim dan lingkungan di Agenda 2030, pengembangan UMKM, ekonomi kreatif, dan digitalisasi.
Tak hanya itu, KTM ke-15 juga menghasilkan deklarasi politik yang dibacakan oleh Menteri Perdagangan Luar Negeri Barbados, Sandra Husbands. Deklarasi politik, the Spirit of Speightstown, tidak dihasilkan melalui proses negosiasi, melainkan difasilitasi oleh Presiden KTM. Walaupun bukan merupakan mandat bagi UNCTAD, namun demikian kita dapat menggunakannya untuk menelaah aspirasi berbagai negara berkembang.
Baca Juga: Debat Umum KTM ke-15 UNCTAD: Wamenlu Ungkap 3 Elemen Utama untuk Mengatasi Dampak Covid-19
“The Spirit of Speightstown menyatakan visi kami untuk mencapai transformasi yang diperlukan dalam membangun ketahanan, dan mencapai agenda pembangunan berkelanjutan yang kami dambakan,” kata Husbands dalam Closing Plenary and Ceremony UNCTAD15.
“Efek gabungan dari pandemi dan krisis iklim menghadirkan krisis global. Ini membutuhkan pemahaman, kompromi, dan kerja sama di semua tingkatan,” lanjutnya.
UNCTAD sebagai badan PBB dalam hal perdagangan dan pembangunan, memiliki peran untuk merumuskan rekomendasi kebijakan global yang lebih inovatif, inklusif, dan berkelanjutan.
“UNCTAD memiliki peran besar dalam mendorong tindakan antar pemerintah yang diperlukan untuk menghasilkan momentum menuju dunia yang lebih tangguh, berkelanjutan, dan sejahtera,” sambung Husbands.
Karena itu, konferensi empat tahunan ini digelar untuk mendorong tindakan yang diperlukan dalam menghadapi tantangan global yang dihadapi negara berkembang, seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan gender; konflik dan perubahan iklim; degradasi lingkungan dan bencana alam; ketidakpercayaan dan perpecahan; serta pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, keadaan darurat yang ditimbulkan oleh pandemi telah memperbesar jurang ketimpangan dan menghadirkan anomali yang tidak pernah diprediksi.
Jutaan orang kehilangan pekerjaan dan jatuh ke dalam kemiskinan. Kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, lansia, pengungsi, dan lainnya menghadapi tantangan ekonomi yang lebih serius dari sebelumnya.
Covid-19 dikhawatirkan berakibat buruk pada upaya pencapaian target pengentasan kemiskinan, salah satu yang berusaha dicapai dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs), mundur hampir satu dekade.
Selain itu, negara berkembang khususnya Small Island Developing States (SIDS) juga menghadapi masalah lain, seperti ketidaksetaraan akses vaksin Covid-19, krisis hutang, darurat iklim, dan lain akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga: Konferensi Ke-15 UNCTAD Dorong Kebijakan Inklusif dan Berkelanjutan dari Para Pemimpin Dunia
Perdana Menteri Barbados, Mia Amor Mottley, berharap agar KTM ke-15 UNCTAD dapat menjadi perpanjangan suara negara-negara berkembang dalam isu perdagangan dan pembangunan untuk pulih dari krisis Covid-19.
"UNCTAD harus tetap dekat dengan tujuan awalnya sebagai suara dari negara-negara berkembang yang berhadapan dengan masalah perdagangan dan pembangunan, serta menciptakan platform yang pada akhirnya akan mengarah dari ketidaksetaraan dan kerentanan menuju kemakmuran,” tegasnya.
Sekretaris Jenderal UNCTAD, Rebeca Grynspan menyampaikan apresiasi kepada Barbados sebagai tuan rumah serta seluruh pihak yang terlibat, atas disepakatinya Bridgetown Covenant.
“Melalui konferensi ini kita mengalami suasana yang kondusif untuk mencapai kesepakatan yang benar-benar menjangkau banyak bidang baru dan krusial. Bukan berarti kita setuju dalam segala hal, terkadang kita setuju untuk tidak setuju. Tetapi Anda (semua) telah berhasil memberi kami instrument (Bridgetown Covenant), untuk bekerja dan membawa agenda ke depan”, ungkap Grynspan dalam sambutannya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.