WASHINGTON, KOMPAS.TV - Sebuah kapal selam bertenaga nuklir milik Amerika Serikat (AS) menabrak sebuah objek di bawah air di Laut Cina Selatan Sabtu, (2/10/2020).
Menurut keterangan dari pejabat AS, sejumlah pelaut di kapal USS Connecticut terluka dalam kecelakaan itu.
“Tak satu pun dari cedera pelaut itu yang mengancam jiwa,” menurut pernyataan dari Armada Pasifik AS seperti dikutip dari CNN melalui BBC.
Namun tidak diketahui, apakah kapal tersebut menabrak atau ditabrak oleh kapal selam kelas Seawolf lainnya.
Baca Juga: Rusia Kembali Uji Coba Peluru Kendali Hipersonik dari Kapal Selam, Diklaim Tidak Bisa Dicegat Apapun
“Kapal selam tetap dalam kondisi aman dan stabil. Pembangkit tenaga nuklir dan ruang angkasa USS Connecticut tidak terpengaruh dan tetap beroperasi penuh,” kata pernyataan itu.
"Insiden itu akan diselidiki."
Angkatan Laut AS tidak merinci lebih lanjut tentang insiden itu, namun peristiwa ini diketahui terjadi di Laut China Selatan dan terjadi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik.
Kecelakaan itu terjadi ketika ketegangan antara AS dan China meningkat, karena serangan militer China ke Zona Integrasi Pertahanan Udara Taiwan (ADIZ).
USS Connecticut beroperasi di perairan sekitar Laut Cina Selatan ketika AS dan sekutunya telah melakukan unjuk kekuatan multinasional besar di wilayah tersebut, yang dikenal sebagai Carrier Strike Group 21.
Pada hari Sabtu, 39 pesawat militer China, termasuk jet tempur dan pesawat angkut, memasuki ADIZ Taiwan, yang menyebabkan angkatan udara Taiwan mengerahkan jet dan mengerahkan rudal pertahanan udara untuk memantau pesawat.
Baca Juga: PM Australia Hubungi Jokowi, Tenangkan Indonesia soal Kapal Selam Nuklir
Dua hari kemudian, China mengirim 56 pesawat ke ADIZ Taiwan dalam waktu 24 jam.
"Kami sangat prihatin dengan aktivitas militer provokatif China di dekat Taiwan," kata Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken kepada wartawan pada konferensi pers di Paris, Rabu, ketika ditanya tentang aktivitas China.
“Seperti yang kami katakan, aktivitas itu membuat ketidakstabilan. Ini berisiko salah perhitungan dan berpotensi merusak perdamaian dan stabilitas regional. Jadi, kami sangat mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik dan ekonomi yang diarahkan ke Taiwan,” tambahnya.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.