JAKARTA, KOMPAS.TV – Mengangkat tema "From Inequality and Vulnerability to Prosperity for All", Konferensi Tingkat Menteri (KTM) United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) diselenggarakan Pemerintah Barbados dari tanggal 4 hingga 7 Oktober 2021.
Sesi ke-15 KTM UNCTAD atau UNCTAD15 resmi digelar, ditandai dengan Opening Ceremony & Plenary yang berlangsung secara hybrid pada Senin, (4/10/2021).
Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangas-Bangas (PBB), António Guterres menyampaikan pekerjaan mendesak yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi global dan membantu semua negara, khususnya negara-negara berkembang, untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs).
“Saya memiliki kesempatan membangunkan para pemimpin dunia untuk bertindak mengatasi krisis yang kita hadapi, yaitu kemiskinan dan ketidaksetaraan gender; konflik dan perubahan iklim; degradasi lingkungan dan bencana alam, ketidakpercayaan dan perpecahan; dan pandemi Covid-19 yang telah merenggut hampir 5 juta jiwa hingga saat ini,” serunya saat menyampaikan pidato di Barbados.
Guterres menyebutkan, pandemi telah membuat jutaan pekerjaan hilang dan perlindungan sosial di luar jangkauan.
“Secara keseluruhan, lebih dari 8 dari setiap 10 dolar dalam investasi pemulihan dihabiskan di negara-negara maju, bukan di negara-negara yang paling membutuhkan. Pemulihan ini tidak merata,” ungkapnya.
Baca Juga: Diskusi Pre-Event KTM UNCTAD ke-15 Soroti Isu Komoditas hingga Infrastruktur Digital
Gutteres mendesak negara-negara untuk membuat komitmen yang lebih berani pada KTT iklim PBB (COP26).
Ia juga menyerukan agar para donor dan bank pembangunan multilateral untuk mengalokasikan setidaknya 50 persen dari dana penanggunalan perubahan iklim untuk mendukung adaptasi dan menciptakan ketahanan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang telah lama dibangun, lanjut Guterres, memiliki risiko tidak tercapai sehingga KTM ke-15 UNCTAD diharapkan dapat membalikkan keadaan.
Untuk itu, KTM ke-15 UNCTAD mengajak para pemimpin dunia menganalisis ketidaksetaraan global dan empat tantangan utama yang dihadapi, yaitu beban utang, investasi, perdagangan yang tidak adil, dan darurat iklim yang membuat negara berkembang kepulauan kecil / Small Island Developing States (SIDS) berada di posisi rentan.
“Kita membutuhkan aturan perdagangan yang terbuka dan adil, sehingga semua negara dapat bersaing di lapangan permainan yang setara, terlepas dari posisi mereka di tangga pembangunan,” tegasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.