COX'S BAZAR, KOMPAS.TV - Lima lelaki Rohingya ditangkap aparat keamanan Bangladesh atas dugaan keterlibatan dalam pembunuhan seorang pemimpin komunitas terkemuka Rohingya di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh, Minggu (03/10/2021).
Seperti dilansir Straits Times yang mengutip AFP, Minggu, polisi mengatakan sedang menyelidiki hubungan kelima orang tersebut dengan sebuah kelompok militan.
Mohib Ullah dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada Rabu (29/9/2021) malam di salah satu kamp yang tersebar di tenggara Bangladesh.
Dia adalah tokoh terkemuka bagi lebih dari 800.000 minoritas muslim Rohingya yang melarikan diri dari militer Myanmar dalam sebuah pengungsian massal.
Pihak keluarga menuding militan dari Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), sebuah kelompok di balik beberapa serangan di Myanmar, terlibat dalam pembunuhan Mohib Ullah.
Kalangan aktivis mengklaim ARSA tidak suka karena popularitas Mohib Ullah semakin meningkat di kamp-kamp pengungsian Rohingya.
"Kami telah menangkap lima orang atas pembunuhan Mohib Ullah," kata komandan unit polisi yang bertanggung jawab atas keamanan kamp, Naimul Haque, kepada AFP.
Dua dari kelima pria itu ditahan selama tiga hari untuk diinterogasi, kata pihak keamanan Bangladesh. Sementara tiga lainnya belum muncul di pengadilan.
Seorang pria Rohingya berusia 28 tahun juga ditangkap atas pembunuhan pekan lalu.
Keenamnya sedang diselidiki terkait dengan ARSA, yang malah menyalahkan "penjahat tak dikenal" atas kematian Mohib Ullah.
Seorang anggota kelompok hak asasi yang dipimpin oleh Mohib Ullah menuduh salah satu dari mereka yang ditangkap, Mohammad Elias yang berusia 35 tahun, adalah anggota ARSA dan sudah pernah mengancam pemimpin populer itu pada Juni lalu.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Perluas Vaksinasi Covid-19 untuk Warga Rohingya
Anggota tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena khawatir akan keselamatannya, mengatakan setidaknya sepuluh pemimpin kelompok Mohib Ullah bersembunyi karena takut akan menjadi sasaran serangan berikutnya.
Sementara kepolisian Bangladesh meningkatkan keamanan di kamp-kamp pengungsi Rohingya, keluarga Mohib Ullah mengatakan mereka bahkan takut melangkah keluar dari rumah mereka.
"Kami tidak bisa keluar dari rumah. Mereka (ARSA) mengancam akan membunuh kami," kata adik laki-laki Mohib Ullah, Habibullah, kepada AFP.
"Kami menerima ancaman melalui pesan audio dalam beberapa hari terakhir. Saya sekarang dalam keadaan panik. Kami menerima ancaman pembunuhan karena mengatakan anggota ARSA membunuh saudara saya."
Juru bicara polisi Cox's Bazar, Rafiqul Islam, mengatakan pihaknya siap untuk memberikan keamanan kepada keluarga Ullah jika mereka mengajukan banding.
Pada Jumat (1/10/2021), Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet menyerukan "penyelidikan yang cepat, menyeluruh, dan independen" atas pembunuhan tersebut.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.