TRIPOLI, KOMPAS.TV - Otoritas setempat menggelar razia besar-besaran di kota Gargaresh, wilayah Barat Libya pada Jumat (1/10/2021). Razia ini membuat 4.000 imigran yang hendak diberangkatkan ke Eropa ditahan aparat.
Aparat menyebut operasi ini bertujuan untuk memberantas migrasi ilegal dan perdagangan narkoba.
Pada Jumat (1/10), aparat menyebut terdapat 500 migran ilegal yang ditahan. Namun, pada Sabtu (2/10), jumlah ini berkembang hingga 4.000 orang.
Baca Juga: Imigran yang Dideportasi dari AS Tiba di Haiti, Kerusuhan Pecah di Bandara
Akan tetapi, Menteri Dalam Negeri Libya, Khaled Mazen yang memimpin penggerebekan, tidak menyinggung adanya pengedar narkoba atau penyelundup imigran yang ditangkap.
Gargaresh merupakan kota sekitar 12 kilometer di barat ibukota Libya, Tripoli. Kota ini dikenal sebagai pusat bagi migran dan pengungsi yang hendak menyeberang ke benua lain, umumnya ke Eropa.
Beberapa tahun belakangan, kota itu telah menyaksikan sejumlah razia terhadap imigran. Namun, razia pada Jumat (1/10) lalu disebut aktivis HAM sebagai yang paling galak.
Sejak pemberontakan yang disponsori NATO pada 2011 yang menggulingkan diktator Moammar Gadhafi, Libya telah menjadi pusat transit bagi imigran. Para migran itu umumnya berasal dari Afrika dan Timur Tengah, berupaya menjauhi perang dan kemiskinan dengan migrasi ke Eropa.
Di lain sisi, gelombang imigrasi tersebut turut menguntungkan pelaku perdagangan manusia. Para penyelundup migran biasa mengumpulkan mereka di Libya sebelum diangkut dengan kapal berkondisi buruk melintasi Laut Mediterania yang ganas.
Menurut Kolonel Nouri al-Grettli, Kepala Penampungan dan Pengembalian Migran Libya, para imigran ilegal tersebut dikumpulkan di sebuah fasilitas di Tripoli. Para migran itu rencananya akan dikembalikan ke negara asal mereka.
Aktivis kemanusiaan Libya, Tarik Lamloum menuding operasi keamanan tersebut melanggar hak asasi manusia, terutama dalam proses penahanan wanita dan anak-anak. Namun, ia tidak merinci dugaan pelanggaran yang terjadi.
Lamloum pun menambahkan bahwa kebanyakan migran yang ditahan telah terdaftar di Badan Pengungsian PBB (UNHCR) sebagai pengungsi atau pencari suaka.
Akan tetapi, hingga berita ini diturunkan, UNHCR belum menanggapi klaim tersebut.
Baca Juga: Kapal Penjaga Pantai Libya Mengejar dan Menembaki Perahu Penuh Imigran
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.