JAKARTA, KOMPAS.TV - Siapa yang menyangka jika kandungan obat-obatan yang biasa kita minum saat demam atau sakit kepala, bisa menjadi kontaminan, yang mencemari lautan Indonesia?
Itulah hal yang pertama kali diungkap oleh Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Wulan Koagouw, Zainal Arifin, dan sejumlah peneliti internasional lain, yang diterbitkan dalam Jurnal Marine Pollution Bulletin, sciencedirect.com, pada Agustus 2021 lalu.
Penelitian ini menganalisis sampel air laut di teluk Jakarta, dan ternyata, hasilnya, kandungan parameter nutrisi, termasuk kandungan parasetamol, dan logam, di teluk Jakarta melebihi batas standar baku mutu kualitas air laut Indonesia.
Konsentrasi tertinggi parasetamol ditemukan di Angke, dengan kadar 610 nanogram per liter, dan Ancol, dengan 420 nano gram per liter.
Para peneliti juga menulis, tingginya kandungan obat demam dan sakit kepala di Teluk Jakarta ini menimbulkan kekhawatiran atas risiko lingkungan, terutama pencemaran jangka panjang, dan dampaknya terhadap kualitas produk laut, seperti ikan-ikan, serta tambak kerang, di sekitar Teluk Jakarta.
Terlebih, kontaminasi parasetamol ini juga diduga bisa berdampak pada populasi ikan total di laut Jakarta.
Penelitian yang sampelnya diambil sekitar tahun 2019 ini, pun menjadi penelitian dasar, yang masih perlu pendalaman.
Pemprov DKI Jakarta pun akan mengusut sumber pencemaran obat sakit kepala dan demam di Teluk Jakarta itu.
Kualitas air di Teluk Jakarta, memang secara rutin dipantau Dinas Lingkungan Hidup, namun tidak mencantumkan variabel pencemaran parasetamol.
Para nelayan di Muara Angke, mengaku kerap menemukan bangkai ikan dan rajungan di perairan Teluk Jakarta.
Para peneliti menduga, penyebab hadirnya kandungan obat demam dan sakit kepala di teluk Jakarta, berasal dari konsumsi rumah tangga yang terbuang lewat urine dan kotoran, namun limbahnya tak dikelola dengan baik.
Selain itu, juga bisa dari limbah industri farmasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.