JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dibuat pusing oleh utang jumbo sejumlah BUMN. Apalagi, Erick menduga ada praktik korupsi di balik utang-utang besar itu. Salah satunya adalah PTPN III.
Erick menyatakan, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III memiliki utang Rp43 triliun. Menurut Erick, utang tersebut adalah warisan manajemen lama dan menjadi beban manajemen saat ini.
"Ini merupakan penyakit lama, yang kami sudah tahu, dan ini suatu korupsi terselubung yang memang harus dibuka dan harus dituntut yang melakukan ini," kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR yang digelar Rabu (29/9/2021).
Di tengah utang yang menggunung dan dugaan korupsi, PTPN III menyatakan subholding-nya atau anak usahanya yaitu PTPN V akan melantai di bursa saham lewat initial public offering (IPO) pada 2023. Hal itu dilakukan untuk membiayai rencana perluasan area tanam.
Baca Juga: Utang PTPN III Rp43 Triliun, Erick Thohir Curiga akibat Korupsi Lama
"Mungkin 2023 kami coba untuk PTPN V, itu semua kami lakukan untuk memperluas area tanam dan industri hilir," tutur Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Abdul Ghani dikutip dari laman resmi PTPN V, Kamis (30/9/2021).
Menurut Abdul Ghani, rencana IPO PTPN sebenarnya sudah ada sejak lama. Dimulai dari PTPN IV yang ingin IPO pada 1998. Namun aksi korporasi itu ditunda karena krisis moneter.
Sepuluh tahun kemudian atau pada 2008, PTPN IV kembali berencana masuk bursa, namun gagal lagi. Krisis keuangan saat itu membuat pasar saham dalam negeri terpengaruh pasar saham internasional yang negatif.
Lalu pada 2019, giliran PTPN V yang mencoba melantai di bursa, namun lagi-lagi IHSG sedang terpuruk.
"Jadi ketika mau IPO, IHSG selalu bergerak jatuh, pada 1998, lalu 2008, lalu 2019. Jadi kami tunda terus," ujar Abdul Ghani.
Baca Juga: Erick Thohir Curiga Ada Korupsi di Balik Utang Krakatau Steel Sebesar Rp31 Triliun
Ia mengungkapkan, PTPN yang sehat hanyalah PTPN III, PTPN IV, dan PTPN V. Saat ini, utang PTPN III sebagai perusahaan induk dari holding perkebunan sudah direstrukturisasi. Yaitu senilai lebih dari Rp41 triliun.
Selanjutnya, PTPN III melakukan efisiensi dan fokus pada bisnis yang menguntungkan. Yaitu kelapa sawit dan tebu, dengan mengonversi lahan perkebunan karet yang dimiliki.
"Kami fokus pada dua komoditas, tebu dan sawit. Lahan karet kami kurangi, lahan teh kami perbaiki karena teh agak berat di Jawa Barat," ucap Abdul Ghani.
Sementara itu, kinerja keuangan PTPN III mulai menunjukkan perbaikan setelah 2 tahun merugi. Pada semester I tahun ini, PTPN III mencatatkan laba bersih Rp1,45 triliun, naik 228,7 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Begitu juga dengan pendapatan PTPN III yang mencapai Rp21,26 triliun atau tumbuh 36,37 persen dibanding periode yang sama di 2020.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.