PYONGYANG, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menegaskan keinginannya untuk berdamai dan memperbaiki hubungan dengan Korea Selatan.
Namun, ia menyerang Amerika Serikat (AS) yang menurutnya hanya mau bermusuhan dengan Korea Utara
Kim Jong-un mengungkapkan dirinya berharap agar komunikasi dengan Korea Selatan bisa kembali lancar, yang membuat jalan rekonsiliasi tetap terbuka.
Hal itu diungkapkan pemimpin Korea Utara generasi ketiga itu dalam sebuah sesi pada Rapat Parlemen Tahunan di Pyongyang.
Baca Juga: Rusia Ancam Blokir YouTube Usai Hapus Akun Media RT, Pemerintah Jerman Ikut Terseret
“(Kim Jong-un) mengungkapkan ingin melihat jalur komunikasi Utara-Selatan yang terputus karena memburuknya hubungan inter-Korea, bisa dijalani lagi sejak awal Oktober,” bunyi laporan KCNA dikutip dari BBC, Kamis (30/9/2021).
“Namun itu semua tergantung sikap otoritas Korea Selatan, apakah mereka ingin hubungan inter-Korea diperbaiki, atau dilanjutkan saja seperti hubungan kedua negara yang kini memburuk,” tambahnya.
Pernyataan Kim Jong-un itu memperkuat komentar saudarinya, Kim Yo-jong pekan lalu, yang mengatakan pihak Utara siap melanjutkan pembicaraan dengan Selatan, jika bisa mengakhiri kebijakan bermusuhan.
Pada kesempatan itu, Kim Jong-un kembali menyerang AS yang ingin melakukan pembicaraan tanpa mengubah kebijakan bermusuhan terhadap Korea Utara.
Baca Juga: Ternyata Perjanjian Taliban dengan Trump yang Berperan Besar Merusak Afghanistan
“AS menggembor-gemborkan keterlibatan diplomatik, tetapi itu tidak lebih dari tipuan kecil untuk menipu masyarakat internasional dan menyembunyikan tindakan dari kebijakan permusuhan yang dilakukannya,” kata Kim Jong-un.
Korea Utara dan Korea Selatan sendiri secara teknis saat ini masih dalam keadaan perang, karena taka da perjanjian damai ketika Perang Korea berakhir di 1953.
Komunikasi kedua negara kerap terputus dan kemudian dipulihkan beberapa kali selama beberapa tahun terakhir.
Pada 2020, setelah kegagalan pada pertemuan antara Korea Utara dan Korea Selatan, Pyongyang meledakan kantor unifikasi di perbatasan kedua negara.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.