KABUL, KOMPAS.TV - Keputusan bekas presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang kabur, mengejutkan banyak pihak. Hal tersebut diungkapkan oleh utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad.
Dalam wawancara khusus kepada Ariana News, diplomat berusia 70 tahun ini mengungkapkan komunikasi AS dengan Ghani pada hari-hari jelang kejatuhan Kabul.
Menurut Khalilzad, pada malam sebelum kabur ke luar negeri, Ghani sempat berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken via telepon.
Kata dia, Ghani tidak menunjukkan gerak-gerik hendak kabur dalam pembicaraan itu. Presiden yang menjabat sejak 2014 itu sama sekali tidak memberitahukan rencananya.
Baca Juga: 3 Poin Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Bela Diri HIngga Tepis Kabar Kabur dari Afghanistan
“Presiden Afghanistan tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun bahwa dia hendak pergi. Semua orang termasuk AS terkejut ketika ini terjadi,” kata Khalilzad.
Menurutnya, jika Ghani tidak kabur, jalannya perebutan kekuasaan di Afghanistan mungkin berbeda.
Khalilzad berandai, jika Ghani justru pilih mengundurkan diri demi kedamaian Afghanistan, dan membiarkan pemerintahan baru terbentuk, itu akan menjadi “langkah bersejarah”.
“Nama presiden [Ghani] dapat tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Afghanistan,” imbuhnya mengandaikan jika sang presiden tidak kabur.
Khalilzad menduga, Ghani mungkin merasa nyawanya terancam sehingga pilih kabur. Jelang direbutnya Kabul, situasi politik negara itu pun tidak berpihak kepada pemerintahannya.
Sebelum pasukan koalisi ditarik, pemerintahan Ghani ingin Taliban dimasukkan ke pemerintahan yang sudah ada. Namun, Taliban ingin membentuk pemerintahan baru.
Negosiasi antara AS, pemerintahan lama Afghanistan, serta Taliban pun berakhir buntu. Taliban akhirnya merebut Afghanistan dengan kekuatan, tetapi berhasil menghindari pertumpahan darah yang terlalu merugikan.
Pemerintah Afghanistan sendiri sempat melakukan perlawanan yang dipimpin Wakil Presiden Amrullah Saleh di Panjshir. Namun, Taliban menggempur pasukan itu dan mengklaim telah menguasai Panjshir sepenuhnya.
Saat ini, Khalilzad menyebut Afghanistan berhasil menghindari perang saudara dalam perebutan kekuasaan. Namun, negara ini perlu bantuan kemanusiaan mendesak karena dampak perang, tingkat pengangguran, kekeringan, pandemic Covid-19, serta kelesuan aktivitas ekonomi.
Baca Juga: Menlu Retno Khawatir Kemajuan di Afghanistan dapat Alami Kemunduran
Sumber : Ariana News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.