JAKARTA, KOMPAS.TV- Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron meminta proyek kereta cepat Jakarta-Bandung diaudit. Lantaran proyek tersebut biayanya membengkak.
Menurut Herman, hingga saat ini belum ada pendalaman terkait penyebab pembengkakan biaya proyek tersebut. Sehingga perlu ada audit BPK RI dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Jika nantinya pemerintah dan DPR memutuskan memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN), perlu landasan hukum yang kuat.
"Kami belum memutuskan untuk memberikan Penyertaan Modal Negara melalui PT Kereta Api. Syarat utama adalah adanya hasil pemeriksaan BPK dan BPKP," kata Herman dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari Antara, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Rp27 Triliun, Ini Penyebabnya
Audit dari BPK dan BPKP juga diperlukan agar proyek itu tidak membebani keuangan negara. Di sisi lain, Herman menilai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung perlu tetap dilanjutkan meski target pembangunannya harus mundur.
"Yang penting adalah proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini harus betul-betul memiliki nilai manfaat bagi masyarakat," katanya.
Sebelumnya, Direktur Keuangan PT Kereta Api Indoneisa (KAI) Salusra Wijaya mengungkapkan, biaya pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak 1,9 miliar dollar AS atau Rp27 triliun rupiah (kurs Rp14.300).
Sehingga, dana yang diperlukan meningkat, dari 6,07 miliar dollar AS atau Rp85 triliun menjadi 7,97 miliar dollar AS atau Rp113 triliun.
Kebutuhan penambahan biaya proyek paling banyak terjadi pada biaya konstruksi sekitar 600 juta dollar AS hingga 1,25 miliar dollar AS dan pembebasan lahan sebesar 300 juta dollar AS.
"Ini memang tough sekali, karena jalurnya banyak dan luas. Masalah lahan juga melewati daerah komersial, bahkan ada kawasan industri yang direlokasi dan ini costly sekali untuk penggantiannya," jelas Salusra dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (01/09/2021).
Baca Juga: Ini Strategi KCIC Tekan Pembengkakan Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Kemudian ada kenaikan biaya keuangan mencapai 200 juta dollar AS, karena beban bunga pinjaman yang besar karena keterlambatan proyek.
Kenaikan biaya juga terjadi untuk biaya pra-operasi dan head office sebesar 200 juta dollar AS. Di antaranya untuk biaya konsultan keuangan, pajak, dan hukum. Keterlambatan proyek otomatis membuat biaya operasional keseharian proyek ikut naik.
Ada juga biaya untuk keperluan lainnya yang naik 50 juta dollar AS. Seperti biaya keperluan sinyal yang bekerja sama dengan Telkomsel.
Kereta cepat Jakarta-Bandung dikerjakan oleh PT Konsorsium Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Perusahaan tersebut terdiri dari dua konsorsium, yaitu konsorsium Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium Beijing Yawan yang berisi sejumlah perusahaan China.
PT KAI adalah salah satu anggota PSBI bersama beberapa BUMN lainnya.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.