JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut sejumlah wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami tsunami nontektonik.
Wilayah yang dimaksud Dwikorita adalah Selat Sunda, Kota Palu Sulawesi Tengah, Pulau Seram Maluku Tengah, juga beberapa titik di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur, termasuk Pulau Lembata Nusa Tenggara Timur.
Kata dia, di wilayah-wilayah tersebut memiliki banyak gunung api laut, palung laut atau patahan darat yang melampar sampai ke laut, sehingga berpotensi mengakibatkan tsunami nontektonik atau Atypical.
Seperti dilansir dari laman BMKG, tsunami nontektonik disebut juga dengan tsunami tercepat, datang dengan waktu gelombang tsunaminya 2 hingga 3 menit. Mendahului berbunyinya sirine peringatan dini.
Melihat yang lalu-lalu, Dwikorita mengatakan, bencana alam tsunami nontektonik yang menelan korban jiwa sangat besar dan pernah terjadi sekitar 8 kali.
Yaitu, Tsunami G. Gamkonora (1673), Tsunami G. Gamalama (1763), Tsunami G. Gamalama (1840), Tsunami Gunung Awu (1856), Tsunami Gunung Ruang (1871), Tsunami G. Krakatau (1883), Tsunami G. Rokatenda (1928), dan Tsunami Waiteba NTT akibat longsor tebing pantai (1979).
Baca Juga: Siaga Tsunami Pacitan 28 Meter yang Diestimasikan Tiba 29 Menit, Ini Saran BMKG
Oleh karena itu, pihaknya bersama Kementerian dan lembaga terkait, tengah melakukan penyempurnaan dan pengembangan lanjut Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS).
Hal tersebut jadi krusial usai fenomena tsunami nontektonik yang terjadi beberapa kali di Indonesia akhir-akhir ini. Meskipun, berdasarkan pencatatan BMKG, lebih dari 90% tsunami diakibatkan oleh fenomena tektonik atau kegempaan.
Sehingga, lanjut Dwikorita, sistem peringatan dini yang terbangun dan beroperasi saat ini masih terbatas untuk peringatan dini tsunami tektonik yang dibangkitkan oleh gempa.
"Tsunami di Pandeglang, Selat Sunda, Banten yang terjadi tahun 2018 lalu adalah salah satu contoh tsunami nontektonik. Yang terjadi akibat longsor lereng gunung ke laut, yang dipicu erupsi Gunung Api Anak Krakatau, bukan karena gempa bumi," sebut Dwikorita pada laman resmi BMKG, dikutip pada Senin (20/9/2021).
Terbaru, tambahnya, adalah saat terjadinya gempa bumi magnitudo 6,1 di Pulau Seram Maluku Tengah.
Sumber : Kompas TV/BMKG
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.