YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Hingga saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengizinkan penggunaan darurat atau emergency use authorization untuk sembilan jenis vaksin Covid-19.
Kesembilan jenis vaksin tersebut adalah Sinovac, AstraZeneca, Bio Farma, Sinopharm, Pfizer, Sputnik-V, Convidecia, Moderna, dan Johnson & Johnson.
Masing-masing vaksin memiliki tingkat efikasi dan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang berbeda. Berikut efikasi dan KIPI tiap vaksin, melansir Kompas.com:
Baca Juga: Percepatan Program Vaksinasi Covid-19 Sejumlah Daerah di Indonesia
1. Vaksin CoronaVac (Sinovac)
Vaksin Sinovac merupakan yang pertama kali mendapat izin penggunaan darurat dari BPOM. Kepala Badan POM Penny K Lukito menjelaskan, berdasarkan uji klinik, efikasi vaksin CoronaVac di Turki 91,25%, di Brazil 78%, dan di Bandung sebesar 65,3%.
Setelah 14 hari penyuntikan, jumlah subjek yang memiliki antibodi untuk melawan virus sebesar 99,74%, dan menjadi 99,23% setelah 3 bulan.
KIPI yang dilaporkan akibat vaksin bersifat ringan, berupa nyeri, iritasi dan sedang berupa pembengkakan sistemik, nyeri otot, demam dan gangguan sakit kepala.
2. Vaksin Bio Farma
Melansir laman Antaranews, 4 Juli 2021, cara penggunaan vaksin dari Bio Farma ini dengan menyuntikkan ke dalam otot lengan atas (intramuskular) sebanyak 0,5 ml dalam dua dosis untuk orang dewasa berusia 18-59 tahun.
Untuk vaksinasi pada masa darurat, selang waktu pemberian dosis pertama dan kedua adalah 14 hari. Sedangkan untuk vaksinasi rutin, selang waktunya 28 hari.
Pada anak-anak dan remaja berusia 12-17 tahun, vaksin ini disuntikkan ke dalam otot lengan atas sebanyak 0,5 ml dalam dua dosis dengan selang waktu 28 hari.
KIPI yang dilaporkan selama studi klinik pada manusia berupa nyeri di tempat injeksi, pembengkakan, eritema, gatal, indurasi, kemerahan, menurunnya sensasi, dan warna kulit yang lebih pudar (discolouration).
Reaksi sistemik yang umum dilaporkan berdasarkan hasil uji klinik adalah nyeri otot, demam, rasa lelah (fatigue), mual, muntah, dan sakit kepala.
3. Vaksin Vaxzevria (AstraZeneca-Oxford)
Melansir Kompas.com, berdasarkan studi efikasi vaksin Covid-19, Vaksin Vaxzevria 70,4 persen efektif mencegah Covid-19.
Namun, menurut pernyataan AstraZeneca, vaksinnya 76 persen efektif dalam mencegah penyakit simtomatik.
Dua dosis suntikan Vaksin Vaxzevria disebut 67 persen efektif melawan varian Delta dan 74,5 persen efektif terhadap varian Alpha.
KIPI yang dilaporkan terjadi setelah vaksinasi, yang dapat terjadi lebih dari 1 dari 10 orang, yaitu area bekas suntikan terasa nyeri, sakit, terasa hangat, atau muncul memar.
Pada umumnya merasa tidak sehat atau tidak enak badan, lelah, menggigil atau merasa demam, sakit kepala, mual, nyeri sendi atau nyeri otot.
Gejala umum lainnya berupa bengkak, kemerahan, atau benjolan di tempat suntikan, demam, muntah atau diare, demam tinggi, tenggorokan sakit, pilek, batuk, dan menggigil.
Gejala lain yang kemungkinan hanya terjadi 1 kasus di antara 100 orang, adalah pusing, nafsu makan menurun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah bening, keringat berlebih, gatal, atau ruam.
Terdapat laporan kejadian yang jarang terjadi dalam uji klinis, yakni menyebabkan mati rasa, kesemutan, dan kehilangan indra perasa.
4. Vaksin Sinopharm
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.