JAKARTA, KOMPAS.TV – Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholils Staquf alias Gus Yahya menjadi pembicara di pertemuan internasioal peringatan 20 tahun Serangan Gedung World Trade Center (WTC) New York, 11 September 2021.
Dalam pertemuan tersebut, Gus Yahya menyoroti pengelolaan tatanan dunia yang harus diperkuat sebagai respons pasca serangan WTC 9/11.
Menurutnya, tatanan dunia dapat diperkuat dengan berbagai siasat, termasuk menjaga keutuhan negara dan bangsa melalui tradisi keagamaan dan budaya lokal dari serangan ideologi transnasional yang didasarkan pada identitas agama, etnik, ras, atau gagasan-gagasan sekuler.
Baca Juga: Video Time-Lapse Pembangunann WTC Dirilis
“Ini krusial sekali karena senyawa antara negara-bangsa, tradisi keagamaan dan budaya lokal adalah satu-satunya struktur dasar yang tersedia dalam tata dunia saat ini untuk mengelola proses negosiasi global menuju peradaban yang harmonis,” ujar Gus Yahya saat menyuguhkan paparannya di pertemuan internasional tersebut.
Gus Yahya juga menyinggung soal pola adaptasi terhadap globalisasi dan kemampuan negosiasi untuk menyukseskan tatanan dunia agar terhindar dari ketegangan antar negara.
“Negara-bangsa adalah pondasi tata dunia pasca Perang Dunia Kedua yang menopang stabilitas dan keamanan global saat ini," dalam siaran persnya yang diterima Kompas TV. Sabtu (11/9).
Tak sampai situ, Gus Yahya juga memaparkan potensi tradisi keagamaan lokal untuk memperkuat peradaban manusia.
Baca Juga: Buntut Kebakaran Kapal Perang, Angkatan Laut AS Bawa Personelnya ke Pengadilan
Dia berkaca pada Nahdlatul Ulama (NU) dan visi bangsa Indonesia ‘Bhinneka Tunggal Ika’.
Lewat tradisi keagamaan lokal dan visi bangsa yang dimiliki, Gus Yahya optimistis jika proses perwujudan konsensus menuju peradaban global yang harmonis dapat diwujudkan.
Untuk diketahui, acara peringatan Serangan WTC ini digelar di Regent University dan dipandu oleh Michele Bachmann, Dekan The Robertson School of Government.
Gus Yahya dipercaya memaparkan materinya karena dianggap sebagai suara Muslim terdepan dalam menghadapi ekstremisme.
Acara tersebut juga dihadiri pembicara lain, seperti mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, pendiri Regent University Pat Robertson, dan sejumlah tokoh dari kalangan diplomatik lain.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.