NEW YORK, KOMPAS.TV – “Nyalakan televisimu.”
Kalimat itu bergema di jutaan rumah di Amerika Serikat (AS) pada hari ini, 11 September tepatnya tahun 2011 silam.
Jutaan warga Amerika di rumah mereka segera mengangkat telepon mereka dan menghubungi sanak keluarga, kerabat dan teman-teman mereka.
“Sesuatu yang mengerikan sedang terjadi. Cepat nyalakan televisimu. Kau harus lihat.”
Saat itu, media sosial yang sigap menyebarkan berita instan belumlah ada.
Hingga, rakyat Amerika pun berpaling ke televisi untuk mengetahui segala peristiwa terbaru yang tengah terjadi.
Termasuk sejumlah orang yang ketika itu berada di gedung World Trace Center (WTC).
Mereka pun menelepon kerabat mereka dan menanyakan tentang apa yang sedang terjadi.
Pasalnya, mereka merasakan getaran dan dapat mencium asap.
Mereka meminta tolong untuk menonton berita di televisi dan mencari tahu tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Pada Selasa nahas itu, sebagian besar rakyat AS, juga dunia, dipandu melalui peristiwa yang sebelumnya sungguh tak terbayangkan oleh tiga presenter atau pembawa berita televisi.
Mereka adalah Tom Brokaw di NBC News, Peter Jennings di ABC dan Dan Rather dari CBS.
Ketiganya bukanlah satu-satunya presenter yang melakukan siaran langsung saat itu.
Ada pula Aaron Brown dari CNN yang menarasikan peristiwa itu dari atap sebuah gedung di New York, contohnya.
Namun, ABC, CBS atau NBC terbilang merupakan pilihan pertama warga AS untuk menyaksikan berita.
Baca Juga: 9/11: Bagaimana Serangan 9/11 Membentuk Joe Biden Sebagai Presiden Amerika Serika
Saat ini, studio televisi akan dipenuhi oleh presenter dari berbagai latar belakang untuk melaporkan sebuah berita besar.
Namun ketika itu, hanya segelintir presenter TV yang memegang kendali siaran.
“Kami bertiga dikenal karena telah melalui berbagai bencana dan berita besar di negara ini,” ucap Brokaw mengenang seperti dilansir dari Associated Press.
Dan ketiganya tengah berada di New York pada Selasa pagi nahas itu.
Dalam waktu sejam setelah pesawat pertama menabrak gedung WTC pada 8.46 pagi waktu setempat, ketiga presenter itu telah berada dalam studio televisi tempat mereka bekerja.
“Sudah jelas itu merupakan serangan terhadap Amerika,” kata Marcy McGinnis, yang memegang kendali breaking news di CBS pada hari itu.
“Saya ingin orang yang paling berpengalaman duduk di kursi (presenter) itu. Karena, mereka membawa seluruh pengalaman hidup mereka, juga pengalaman membawakan berita mereka.”
Kebingungan dan kegelisahan yang melanda rakyat AS pun, sempat menghinggapi para jurnalis kawakan ini.
Brokaw mengingat, pada satu titik, ia sempat mempertanyakan apakah menara kembar WTC harus diruntuhkan karena kerusakan yang ada begitu parah.
Tapi, tak lama kemudian, pertanyaannya terjawab saat salah satu gedung WTC runtuh.
Peristiwa itu terjadi begitu cepat.
“Negeri ini butuh semacam dasar pijakan,” ujar David Westin, presiden ABC News pada saat itu. “Ada di mana kita? Apa yang terjadi? Seberapa buruk peristiwa ini? Ini butuh semacam pernyataan seperti ‘Ada beberapa hal yang kami ketahui, dan ada beberapa hal yang belum kami ketahui. Tapi inilah yang menjadi dasar pergerakan kami.’”
Presiden Bush sempat Menghilang selama Beberapa Jam
Pada sepanjang hari itu, sejumlah pemimpin pemerintahan tampak ‘menghilang’ hingga jelas dinyatakan bahwa serangan telah berakhir.
Presiden George W Bush pun berada di Air Force One hingga sore.
Alat komunikasi yang saat itu masih terbilang primitif, membuat Bush hanya dapat menyaksikan peristiwa yang terjadi melalui siaran televisi saat pesawat mengudara di atas kota-kota besar.
Absennya Bush dalam krisis itu pula diangkat oleh Jennings.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.