KABUL, KOMPAS.TV - PBB memberi peringatakan ke Taliban atas risiko kehancuran besar yang bisa dialami oleh Afghanistan.
Menurut PBB hal itu bisa terjadi jika komunitas internasional tak menemukan cara mengalirkan uang ke Afghanistan, karna kekhawatiran terhadap Pemerintahan Taliban.
Dikabarkan sekitar 10 miliar dolar AS atau setara Rp 142 triliun aset dari Bank Sentral Afghanistan tengah dibekukan di luar negeri.
Menurut perwakilan khusus PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, Kamis (9/9/2021), diperlukan cara untuk mengucurkan uang ke negara itu untuk menghindarkan kehancuran ekonomi besar.
Baca Juga: Joe Biden dan Xi Jinping Berbicara Langsung di Telepon setelah 7 Bulan, Ini yang Didiskusikan
Dikutip dari Al-Jazeera, ia menegaskan Afghanistan saat ini tengah menghadapi badai krisis, termasuk jatuhnya nilai mata uang.
Selain itu juga kenaikan tajam harga makanan, bahan bakar dan kurangnya uang tunai di bank swasta.
“Ekonomi harus dibiarkan bernafas beberapa bulan lagi, memberi Taliban kesempatan menunjukkan fleksibilitas dan keinginan tulus melakukan hal-hal yang berbeda kali ini,” ujarnya di depan 15 anggota dewan PBB.
“Hal itu terutama dari perspektif hak asasi manusia, gender dan kontraterorisme,” kata Lyons.
Donor asing yang dipimpin Amerika Serikat (AS), menyediakan lebih dari 75 persen pengeluaran publik untuk Pemerintah Afghanistan.
Namun, AS memutuskan membekukan bantuan yang dipersiapkannya untuk Afghanistan agar Taliban tak bisa mengaksesnya.
Baca Juga: Kaum Ibu di Malaysia Menang Gugatan Terhadap Aturan Diskriminatif di Negara Itu
Sementara itu, IMF juga memblok Taliban dari dari mengakses dana bantuan darurat senilai 440 juta dolar AS (Rp 6,2 triliun).
Taliban sendiri dikabarkan bakal menerima bantuan dari China senilai 200 juta yuan (Rp 441 miliar).
Rusia juga dikabarkan siap memberikan bantuan untuk Taliban.
Kedua negara juga menegaskan agar aset Afghanistan yang dibekukan agar dibebaskan.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.